Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Indonesia – Rusia Kerjasama Luncurkan Roket

Posted: 21 May 2014 10:56 PM PDT

Rusia, Indonesia, dan Jerman hendak bekerja sama meluncurkan Polet, sebuah roket carrier dua tingkat berbobot 100 ton. Roket yang merupakan bagian dari proyek Air Launch tersebut akan diluncurkan dari Biak, Papua.

Indonesia – Rusia Kerjasama Luncurkan Roket

Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Federasi Rusia Aleskey Likhachev menyatakan saat ini koordinasi dasar di Papua sudah dilaksanakan dan negosiasi pembiayaan proyek tengah berlangsung.

Hal itu dinyatakan Likhachev dalam kunjungannya ke Jakarta pada Maret lalu, saat memimpin lawatan delegasi bisnis Rusia ke negara-negara ASEAN. Menurut Likhachev, pelaksanaan proyek Air Launch di Indonesia memang tidak berjalan terlalu cepat, namun Rusia berharap proyek yang penting bagi kedua negara tersebut dapat segera terwujud. "Tidak menutup kemungkinan proyek ini akan melibatkan lingkup kerja sama yang lebih besar yakni antara Rusia dan beberapa negara ASEAN," terang Likhachev.



Sergey Teselkin dalam pertemuan di Jakarta. Kredit: Mikhail Tsyganov

Salah satu pencetus Air Launch, Sergey Teselkin, juga hadir dalam pertemuan di Jakarta tersebut.

Polet tidak diluncurkan dari permukaan bumi, melainkan dari ketinggian sepuluh kilometer di atas permukaan laut. Roket tersebut akan diangkut oleh Ruslan, pesawat terbang terbesar di dunia dan kemudian akan diluncurkan saat pesawat itu tengah mengudara. Hal itu akan menekan biaya peluncuran hingga dua kali lebih rendah.


Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. Foto: Mikhail Tsyganov

Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. Dengan kecepatan rotasi bumi 0.4 kilometer per detik, maka biaya pengiriman satelit ke orbit menjadi lebih murah, karena putaran bumi sendiri yang akan mendorong satelit menuju orbit.

Teleskin menyatakan Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. "Bayangkan saat para astronom menemukan asteroid yang datang mendekati bumi tanpa diduga, Air Launch (jika infrastrukturnya sudah dibangun dan berbekal roket ini) dapat menjadi satu-satunya sistem yang dapat mengatasi ancaman tersebut. Sistem ini akan menghancurkan asteroid berkeping-keping dalam dalam waktu sekitar lima hari setelah penemuan," terang Teleskin.


Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. (Desain Mikhail Tsyganov)
Pelabuhan udara di Pulau Biak, Papua. Foto: Mikhail Tsyganov

Selain itu, Teleskin menawarkan sistem yang revolusioner dalam proyek ini. Biasanya, sebelum peluncuran satelit dibawa ke kosmodrom (stasiun peluncuran roket) dan dijaga sepanjang waktu, tapi tak menutup kemungkinan terjadi kebocoran teknologi. Sementara, Polet akan didatangkan (dengan pesawat) kepada klien dengan menggunakan roket upper stage dan perakitannya dilakukan dibawah kontrol penuh klien.

Teknologi Air Launch merupakan milik Pusat Roket Negara (PRN) Rusia Makeyev yang telah bergerak di pasar persenjataan roket selama 60 tahun dan berpengalaman puluhan tahun di bidang teknologi peluncuran roket dari kapal selam.


Replika pesawat terbesar di dunia AN-124-100BC Ruslan. Foto: Mikhail Tsyganov

Teleskin menjelaskan, teknologi milik PRN sangat berguna dalam mempermudah peluncuran roket. "Roket seberat 100 ton yang terjun dari pesawat, dengan berat keseluruhan 400 ton, akan membuat kerusakan spesifik pada dinamika penerbangan. Air Launch membuat peluncuran beban seberat itu di udara menjadi lebih mudah dibanding melepaskan gelembung di hidrosfer," terang Teleskin. Pesawat An-124 Ruslan sendiri memang dirancang untuk menerjunkan beban yang sangat berat.

Teleskin optimis proyek ini mampu menarik perhatian investor. "Semua investor yang kami temui menyarankan untuk melakukan pencobaan peluncuran roket. Bila kami berhasil melakukannya, investor akan menilai proyek ini berbeda dari sebelumnya. Para pengamat ahli dari Rusia, Eropa, bahkan AS memprediksi banyak klien potensial yang akan mengantri untuk berinvestasi," kata Teleskin.

Proyek ini telah diajukan ke pemerintah Rusia, tapi Teleskin khawatir reorganisasi kepemimpinan Badan Antariksa Rusia Roskosmos akan menghambat kelancaran proyek. "Keputusan sudah diterima, tapi proyek baru boleh dilaksanakan setelah pembentukan struktur Roskosmos yang baru. Maka kami masih harus menunggu untuk merealisasikannya. Supaya tidak membuang waktu sia-sia, kami melanjutkan pekerjaan kami dengan mitra dari Indonesia dan Jerman." Ujar Teleskin. (indonesia.rbth.com| jkgr)

Indonesia Raih Juara Umum AASAM 2014

Posted: 21 May 2014 10:45 PM PDT

Kontingen penembak Indonesia berhasil menjadi juara umum dalam Lomba Tembak Australian Army Skills at Arms Meeting (AASAM) 2014 dengan perolehan 32 medali emas, 15 medali perak, dan 20 medali perunggu. Dalam perlombaan senjata tahunan itu, kontingen TNI AD menjadi juara umum dengan menggunakan beberapa senjata produksi PT Pindad (Persero).

Indonesia Raih Juara Umum AASAM 2014

Dalam kompetisi menembak yang diselenggarakan pada tanggal 5-16 Mei 2014 di Puckapunyal Military Area Victoria, Australia ini, kontingen Indonesia memakai beberapa produk senjata produksi PT Pindad (Persero) seperti senapan serbu SS2-HB (Heavy Barrel), Senapan Mesin SM-2, dan SM-3, serta pistol G2 versi Elite. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kontingen Indonesia mengikuti beberapa materi perlombaan seperti materi perorangan maupun tim, pada nomor senapan, pistol, senapan otomatis (SO) dan gabungan materi senapan dan SO.


Pada penyelenggaraan AASAM 2014, Indonesia harus menghadapi tim menembak dari 15 negara yaitu Australia, Kanada, Perancis (FF New Caledonia), Timor Leste, Brunei Darussalam, Inggris, Angkatan Darat Amerika Serikat, Angkatan Laut Amerika, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Jepang, Filipina, Papua Nugini, dan Tonga. Kinerja tim yang baik dan kehandalan para penembak, didukung oleh senjata yang akurat, membuat Indonesia jauh meninggalkan pesaing-pesaingnya dan menjadi juara umum, diikuti Australia dan Brunei Darussalam di tempat kedua dan ketiga.

Indonesia berhasil mendapatkan gelar juara umum AASAM sejak tahun 2008 hingga tahun 2014 dan tentunya, ini merupakan suatu hal yang sangat membanggakan bagi bangsa. Untuk PT Pindad (Persero) sendiri, prestasi ini merupakan suatu pembuktian bahwa senjata-senjata yang diproduksi mempunyai kualitas yang baik dan tingkat keakuratan yang tinggi.


Sumber : BUMN

BJ Habibie Sempat Rancang Program Satelit Buatan Indonesia

Posted: 21 May 2014 10:39 PM PDT

Baru-baru ini, salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia membeli satelit dari luar negeri. Proses pengembangan dan produksi tersebut dilakukan di luar negeri tanpa campur tangan tenaga ahli dan perusahaan Indonesia.


Padahal pada era 1980-an, pemerintah melalui PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah memiliki divisi khusus untuk merancang dan mengembangkan satelit buatan Indonesia. Pada masa itu, PTDI dipimpin oleh Menristek BJ Habibie. Ia membangun fasilitas pengembangan satelit hingga menyekolahkan puluhan putra-putri terbaik Indonesia ke luar negeri untuk belajar teknologi satelit.

"Itu kebanyakan angkatan saya. Itu yang pernah training di Los Angeles. Kita belajar bikin badannya. Ada 30 orang. Dia sekolah ambil degree (gelar), ada yang nggak. Saya pernah ikutan," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014).


Program pengembangan satelit dilakukan dengan konsep transfer teknologi. Ketika proses produksi awal dilakukan di luar negeri proses selanjutnya dilakukan di Indonesia dengan memanfaatkan kemampuan insinyur dan komponen lokal. Sayangnya program tersebut berhenti di tengah jalan.

"Itu baru diajarin bagaimana cara bikin. Waktu mau bikin programnya berhenti. Saat mau produksi berhenti," katanya.

Akibat berhentinya program pengembangan satelit di Indonesia, hingga saat ini tak satupun ada keterlibatan industri strategis nasional dalam mengembangkan satelit.

Kini, para tenaga ahli asal Indonesia yang pernah disekolahkan BJ Habibie, bekerja ke perusahaan-perusahaan pembuat satelit dunia.

"Mereka sudah bekerja di perusahaan satelit dunia. Kalau disuruh balik ke sini, saya nggak kuat bayar," katanya.

Budi menjelaskan pengembangan industri satelit di Indonesia tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Pemerintah harus konsisten dalam mendukung dan menjalankan program pengembangan teknologi satelit nasional.

"Katakanlah ada program 6 satelit ke depan. Itu pemerintah katakan harus beli dari situ. Ya memang harus konsisten. Kalau itu harus ditender ya susah. Kalau satelit biarpun namanya sama tapi setiap orang punya cara sendiri. Besok ambil teknologi Amerika, Prancis terus Rusia. Ya nggak jadi-jadi," paparnya. (Detik)

PTDI Rancang Helikopter Khusus Anti Kapal Selam

Posted: 21 May 2014 10:29 PM PDT

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pabrikan pesawat dan helikopter, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mampu merancang konsep helikopter super canggih. PTDI memiliki rancangan helikopter yang dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam. Sonar ini mampu mendeteksi keberadaan kapal selam.

PTDI Rancang Helikopter Khusus Anti Kapal Selam

"Karena ini konsep dari PTDI jadi yang copy right atau hak cipta adalah PTDI," kata Direktur Utama PTDI (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014)

Pengembangan helikopter ini bermula ketika TNI AL ingin memiliki helikopter super canggih namun harus berukuran relatif kecil dan bisa mendarat di kapal perang tipe Frigate terbaru. Alhasil PTDI mencari cara agar bisa membuat helikopter berukuran sedang yang bisa mendarat di deck kapal perang namun mampu memiliki teknologi anti kapal selam.


Biasanya teknologi kapal selam ini ditemui dan terpasang pada helikpter berukuran besar. PTDI menggandeng produsen helikopter yakni Eurocopter dan produsen sonar dunia untuk memproduksi helikopter medium dengan teknologi sonar anti kapal selam. Proses merancang helikopter ini memerlukan waktu 2 tahun.

"Waktu kita (pemerintah) beli kapal Fregate buatan Belanda. Itu yang sudah datang. Itu deck load hanya 5 ton jadi kita harus cari helikopter bobot 5 ton dengan senjata yang canggih. Orang mengatakan saya punya sonar bagus tapi helikopternya yang gede-gede. Nggak mungkin (untuk heli sedang). Akhirnya pakai sonar kelas lebih rendah. Kalau sonar long range itu frekuensi rendah. Dia antene gede," terangnya.

Akhirnya lahir helikopter pertama di kelas medium yang memiliki teknologi sonar anti kapal selam. Teknologi ini dikembangkan pada jenis Helikopter AS565 Panther. Meski tidak memproduksi helikopter dan sonar, namun PTDI memiliki hak cipta rancangan helikopter AS565 Panther dengan teknologi sonar anti kapal selam tersebut.

"Buat kami ini pertama. Bagi pabrik helikopter ide pertama dan ternyata feasible untuk dikerjakan. Yang bikin sonar, dia bilang ini pertama kali dia akan pasang sonar di helikopter ini (medium)," ujarnya.

Helikopter AS 565 Panther telah dipesan TNI AL sebanyak 11 unit. Dari 11 unit tersebut, sebanyak 2 unit dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam dan 9 tidak dilengkapi namun memiliki kemampuan untuk sewaktu-waktu dipasang teknologi anti kapal selam.

"Tahap pertama 11, namun yang pakai sonar ada 2. Itu delivery terakhir," tegasnya. (Detik)

Dua Tahun Lagi RI Bakal Punya Tank Medium Buatan Sendiri

Posted: 21 May 2014 10:25 PM PDT

Industri lokal telah mampu memasok Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) berteknologi modern. BUMN produsen kendaraan tempur dan senjata, PT Pindad (Persero) yang berbasis di Bandung, Jawa Barat salah satu yang mampu melakukannya.

Prototipe Tank Buatan Pindad
Prototipe Tank Buatan Pindad

Produk unggulan Pindad yang sukses dan laris manis adalah panser ANOA 6X6. Sukses di kelas panser, Pindad melanjutkan inovasi pada kendaraan tempur beroda rantai alias tank. Pindad optimistis bisa melahirkan tank medium pada 2016.

"Harapannya bisa kuasai medium tank pada tahun 2016. Itu jenis canon. Itu yang dibutuhkan user adalah medium tank dengan bobot 25-30 ton," kata Direktur Utama Pindad Tri Hardjono kepada detikFinance saat ditemui di DPR RI Senayan, Jakarta Selasa (20/5/2014).


Tri menyebutkan tank tersebut masuk kategori kendaraan tempur modern. "Kemampuan manuvernya tinggi, geraknya cepat, punya daya tembak lebih besar," sebutnya.

Kemampuan Pindad mengembangkan tank tersebut tak lepas dari perjalanan panjang di industri pertahanan. Pindad berpengalaman merakit tank scorpion, mengembangkan prototipe tank, memodifikasi (retrofit) tank AMX-13 milik TNI hingga pengembangan produk tank bersama Turki.

Pengalaman dan kemampuan tersebut selanjutnya digunakan Pindad untuk melahirkan tank canggih asli karya putra-putri bangsa Indonesia. "Dengan 3 pengalaman ini. Kita juga sedang dimintakan lagi. Kita diminta kembangkan satu kendaraan medium tank bersama dengan Turki," jelasnya.

Selain mengembangkan tank, Pindad juga akan meningkatkan kemampuan produk panser ANOA. Pada tahun 2015, Pindad akan memproduksi ANOA versi amphibi. Panser versi amphibi mampu dioperasikan di darat dan permukaan air.

"Ini APC (armoured personnel carrier), tapi Amphibi. 2014 kita punya prototipe dan 2015 itu kita jual," jelasnya.

Tri menerangkan beberapa negara tertarik dan sedang menjajaki pembelian panser ANOA, salah satunya adalah Malaysia. "Malaysia berminat, kemudian Putra Mahkota Brunei berminat, ada negara di timur tengah berminat," katanya. (Detik)

Pengamat : Indonesia lamban soal isu perbatasan dengan Malaysia

Posted: 21 May 2014 10:19 PM PDT

Pengamat menilai tindakan marinir Malaysia yang membangun mercusuar di daerah sengketa Tanjung Datuk merupakan tindakan yang kurang terhormat.

Pengamat : Indonesia lamban soal isu perbatasan dengan Malaysia

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pertahanan Bantarto Bandoro mengatakan insiden ini "merupakan indikasi bahwa mereka (Malaysia) tidak akan mengorbankan kedaulatan mereka."

"Jadi ini sebuah tindakan yang menurut saya tidak terlalu terhormat. Dan Indonesia tentu harus protes sampai ada kepastian soal status Tanjung Datuk itu," katanya.

Seperti diketahui, marinir Malaysia diketahui tengah membangun fondasi mercusuar Klik di daerah Tanjung Datuk, kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jendral Fuad Basya.


"Kejadian itu berada di wilayah abu-abu, yang seharusnya wilayah itu steril, status quo," kata Fuad.
"Lamban"

TNI mengatakan sudah mengirim laporan kepada Kementrian Luar Negeri agar masalah ini bisa ditindaklanjuti.

Sementara itu, sejumlah personil TNI dilaporkan masih berjaga-jaga di perbatasan Indonesia (sekitar Tanjung Datuk) untuk mengantisipasi adanya pelanggaran lain.

Namun Bantarto menilai hingga saat ini Indonesia cenderung lamban dalam merespon sengketa perbatasan.

"Kalau kita lihat statistiknya banyak sekali entah itu Ambalat, Sipadan Ligitan, sampai Tanjung Datuk."

"Indonesia kurang alert, inilah yang membuat Malaysia merasa bahwa mereka bisa berbuat apa saja, katena toh tidak ada tindakan-tindakan kongkrit," sambung Bantarto.  (BBC)

No comments