Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Mengenal Sang Badak, Panser Canon Buatan Pindad

Posted: 21 Nov 2014 01:30 AM PST

Setelah melewati masa pengembangan yang panjang, Pindad akhirnya melansir panser kanon yang kemudian dinamai Badak (Rhinoceros) oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pameran Indo Defense 2014. Dikatakan panjang, karena niatan Pindad untuk membuat panser kanon sesungguhnya sudah dimulai sejak 2009, dengan purwarupa pertama selesai pada 2011 dan dipaparkan oleh Pindad dalam sarasehan mengenai panser kanon bersama Pussenkav. Ketika itu, purwarupa pertama masih menggunakan kubah milik tank Alvis Scorpion dengan meriam 90mm Low Pressure Cockerill Mk III. Penulis sendiri sempat ngoprek purwarupa pertama ini, termasuk mencoba duduk di dalam kursi komandan dan juru tembak.

Mengenal Sang Badak, Panser Canon Buatan Pindad

Tahun demi tahun berlalu, dan Pindad melanjutkan ke purwarupa kedua, diberi nama Bee. Masih menggunakan kubah Alvis, Bee dimodifikasi pada sistem otomotif terutama suspensi, dengan penjarangan roda ketiga dari roda pertama dan kedua untuk memperbaiki titik beratnya. Sementara itu, TNI AD malah merealisasikan pembelian ranpur Doosan Tarantula, dengan sistem senjata utama kanon 90mm Mk III dalam kubah CSE90LP, Dengan spek setara panser kanon buatan Pindad, sepertinya produk dalam negeri kalah skor 1-0 dalam pertempuran panjang merebut kemandirian bangsa dalam bidang alutsista. Pindad hanya kebagian transfer of technology berupa integrasi kubah ke dalam hull Tarantula.


Pada tahun  2014, akhirnya Pindad comeback dengan meluncurkan panser kanon dalam speknya yang definitif. Dengan merubah beberapa tampilan dari purwarupanya yang terakhir, Pindad membuat beberapa kemajuan. Pertama, Pindad akhirnya memperoleh kepastian pasokan baja armor grade dari pabrik baja dalam negeri Posco-Krakatau Steel melalui MoU yang ditandatangani pelaksana tugas Dirut PT Pindad dan Dirut Posco-Krakatau Steel pada pembukaan Indo Defense 201. Baja kualitas militer ini menjadi krusial karena Pindad berulangkali masih harus mengimpor baja dari luar negeri dalam proses yang tidak ekonomis karena harus membayar pajak bea masuk atas lembaran baja tersebut, belum lagi ditilik dari segi kemandirian pembuatan alutsista. Yang kedua, Pindad juga dijanjikan akan melakukan perakitan sistem kubah CSE90LP, sehingga nama kubah ini kelak menjadi CSE90LP- P untuk Pindad. Yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pindad dan Kementrian Pertahanan adalah membangun industri mesin yang aplikatif untuk kendaraan besar termasuk kendaraan militer, karena Indonesia sama sekali tidak memiliki dan bahkan masih sangat tergantung dengan impor. Begitu pula dengan industri sistem optik dan kendali penembakan untuk kendaraan darat.



Walaupun dari segi kemampuan kanon 90mm Low Pressure sudah termasuk ketinggalan jaman, tetapi pemakainya masih banyak, seperti tank Scorpion dan panser V150 kanon milik TNI AD, ataupun Sibmas dan Scorpion milik AD Diraja Malaysia, dan jangan lupa V300 milik AD Filipina. Dengan anggaran militer pas-pasan dari negara penggunanya, diperkirakan masih akan ada pasar untuk sistem senjata ini setidaknya 15-20 tahun kedepan.

Kanon 90mm Low Pressure Cockerill MkIII memiliki varian munisi yang cukup banyak, mulai dari HE, HEAT, dan bahkan APFSDS dengan rating penetrasi 100mm RHA pada kemiringan 60o pada jarak 1.000m, jadi jangan mengharapkannya atau bermimpi menjebol Main Battle Tank. Untuk operasi anti gerilya menghadapi insurjen yang lari di balik rerimbunan pohon, bolehlah. Akurasinya juga oke punya, pengujian internal Kavaleri atas sistem senjata serupa di atas Tarantula mampu menghasilkan bullseye, berkat akurasi sistem laser rangefinder dalam memberikan pembacaan jarak. Pindad sendiri telah mampu membuat sebagian munisi 90mm ini, jadi kesempatan dan peluang pasar untuk Pindad sebagai centre of excellence dari sistem senjata 90mm MkIII tersebut masih terbuka lebar.



Nah, kembali ke soal hull, Pindad meracik Badak sedikit berbeda dengan dua purwarupa pendahulunya. Bentuk glacis di sisi atas terlihat sangat melandai, untuk memberikan kemampuan menahan impak peluru dengan lebih baik, bahkan memaksanya memantul. Pindad memberi jaminan bahwa Badak dengan kulitnya yang keras memenuhi standar NATO STANAG 4569 Level III, atau mampu menahan impak peluru 7,62x51mm AP (Armor Piercing) standar NATO dari jarak 30 meter. Seperti kebiasaan Pindad yang sebelumnya mendandani Anoa dengan lapisan applique tambahan, Badak juga bisa ditingkatkan perlindungannya, setidaknya mampu menahan impak peluru 14,5mm. Bentuk glacis atas yang melandai ini juga membantu memberikan sudut tunduk laras yang lebih besar, sehingga apabila Badak ada di atas perbukitan, meriam masih mampu menyasar sasaran dibawahnya.

Bentuk glacis yang melandai ekstrim ini juga membawa pengaruh pada posisi duduk pengemudi yang ditempatkan di sebelah kanan depan. Tidak menggunakan tutup palka biasa, pada Badak palka pengemudi dibuat tidak flush alias sedikit menonjol dari pelat atas kendaraan, untuk memberikan ruang pandang yang memadai. Tersedia tiga periskop panoramik untuk pengemudi, sesuatu yang cukup 'wah' untuk ranpur semacam ini yang biasanya hanya dilengkapi satu periskop prisma. Tersedia kamera di sisi belakang yang terhubung ke display untuk pengemudi, membantu saat memundurkan kendaraan.

Di sebelah kiri pengemudi terdapat mesin Diesel inline 6 silinder yang dilengkapi turbocharger, mampu menyemburkan daya sampai dengan 320hp. Dengan bobot kendaraan hanya pada kisaran 11 ton, power to weight rationya mencapai 29hp/ ton, tidak heran Badak bisa dipacu dengan sangat kencang sampai kecepatan 90km/ jam di jalanan aspal mulus dan rata. Di tengah kendaraan terpasang kubah CSE90LP, dimana (dari atas) komandan duduk di sebelah kiri, dan juru tembak duduk di sebelah kanan. Komandan memiliki lima periskop prisma dan satu periskop besar hadap depan, sementara juru tembak memiliki empat periskop dan satu periskop bidik besar yang bisa dilengkapi dengan beragam sistem mulai dari kamera pandang malam, kamera termal, sampai dengan kamera infra merah. Meriam berulir 90mm ditemani oleh senapan mesin koaksial 7,62x51mm NATO di sebelah kiri untuk menyapu habis ancaman pasukan infantri. Untuk fungsi anti infantri/ helikopter, disediakan pintle mount pada sisi komandan untuk memasang senapan mesin sedang seperti FN MAG, MG3, atau bila diperlukan, opsi dudukan senapan mesin berat seperti CIS 50MG.





Potensi sang Badak

Sebagai ranpur kelas 10 ton, Pindad sudah dapat diacungi jempol mengingat hasil kerja keras mereka akhirnya terwujud dalam kendaraan produksi final. Melihat kemampuannya, Badak boleh dikatakan setara atau bahkan melebihi kemampuan 22 unit Tarantula yang kadung dibeli oleh TNI AD, menandakan bahwa untuk kelas kendaraan panser kanon, Indonesia sebagian besar sudah mampu mandiri dan tidak tergantung dari Negara luar lagi. Yang patut disayangkan adalah sistem senjata yang dipilih. CMI sebagai pemasok memiliki banyak varian kubah dan meriam, dan boleh dikatakan CSE90LP kelasnya ada di bawah Badak. Meriam 90mm Low Pressure sewajarnya merupakan senjata bagi ranpur kelas 4x4 seperti V150 (versi modernnya saat ini dikenal sebagai Textron COMMANDO Select), bukan 6x6. Pindad harus berani melirik meriam 90mm medium pressure seperti yang terpasang pada kubah CMI CT-CV 90MP/ LCTS 90MP. Meriam yang merupakan turunan dari Cockerill Mk8 KEnerga ini mampu menggasak tank sekelas T-72 (generasi awal) dan M60. Apalagi CMI sudah menyebut bahwa LCTS 90MP mampu digotong oleh ranpur kelas 10 ton, dan sudah dibuktikan pada SIBMAS 6x6. TNI sebagai user juga sudah harus membuka mata dan melakukan update atas pengetahuan yang mereka miliki, jangan melulu terpaku pada kanon 90mm low pressure yang sudah usang dan kalah dari kanon tembak cepat 25/30/40mm. Ayo Pindad, tunggu apa lagi? (ARY)

PINDAD BADAK 6x6

Dimensi (pxlxt)            : 6x2,5x2,9m
Wheelbase                  : 1,5m
Bobot                          : 11 ton
Power to weight ratio    : 22,85-29hp/ ton
Ground clearance         : 400mm
Max speed                  : 90km/ jam
Sudut tanjakan            : 60o
Sudut kemiringan         : 30o
Arung air                     : 1m
Halangan parit             : max. 0,75m
Radius putar               : 10m
Jarak tempuh              : 600km
Mesin                         : Diesel inline turbocharger intercooler 6 silinder daya 320hp dengan transmisi otomatis 6 maju dan 1 mundur


Sistem senjata
‒    Kubah CSE 90LP dengan kanon 90mm rifled dan koaksial 7,62mm
‒    Pintle mount 7,62mm
‒    66mm smoke discharger



Sumber : ARC

Danjen Kopassus: Prajurit Jangan Melotot, Marah dan Memukul

Posted: 21 Nov 2014 01:11 AM PST

Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjend Doni Monardo meminta agar seluruh prajurit TNI maupun Polri harus mengubah cara berpikir dalam bergaul. Jangan sampai melakukan 3M dan melaksanakan 3S.

Kiri ke kanan, Danpaspampres Mayjend Andika Perkasa, Siti Hediati Hariyadi atau akrab disapa Titiek Soeharto, Danjen Kopassus Mayjend Doni Monardo di markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (24/10/2014).

"Di sini ada tulisan, jangan lakukan 3M, jangan melotot, jangan marah, dan jangan memukul. Lakukanlah 3S, apabila kita bertemu tersenyum lah, ketika senyuman dibalas, maka sapa lah, ketika sapaan dibalas maka bersalaman lah," kata Doni usai olahraga dan senam bersama di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur Jumat (21/11/2014).

Menurutnya, berbagai kegiatan bersama yang dilakukan TNI dan Polri harus sering dilaksanakan. Dengan begitu tali silaturrahmi dapat terjalin dengan baik dan tidak ada lagi bentrok.


"Ini adalah bentuk silaturahmi kita keluarga yang berada di sekitar Cijantung. Kita bisa semakin meningkatkan kebersamaan," kata Doni.

Diketahui, belakangan TNI-Polri sempat bersitegang akibat ulah oknum dua korps itu berselisih di Batam. Untuk itu Mayjend Doni meminta prajuritnya untuk menjaga silaturahmi.

Dalam acara itu hadir beberapa petinggi TNI dan Polri dari wilayah DKI Jakarta. Seperti Pandam Jaya Mayjen TNI Agus Sutomo, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono, dan Wadan Korps Brimob Brigjen Pol Ilham. (Tribun)

Jokowi Minta Kapal Asing Pencuri Ikan Ditenggelamkan

Posted: 21 Nov 2014 01:08 AM PST

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio enggan berkomentar terkait pernyataan Presiden Joko Widodo untuk menenggelamkan kapal asing di perairan Indonesia.

"Nanti deh, nanti ya, nanti," ujar Marsetio seusai rapat koordinasi finalisasi Badan Keamanan Laut di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (19/11/2014).



Marsetio akan melihat peraturan serta undang-undang yang berlaku di internasional terlebih dahulu sebelum mengambil kebijakan berupa penenggelaman kapal ilegal seperti yang diungkapkan Presiden. Lebih jauh, Marsetio mengapresiasi positif revitalisasi Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) menjadi Badan Keamanan Laut (Bakamla). Sebab, TNI AL berada di dalamnya dan tugas pokok fungsi badan itu bukan lagi hanya sekadar koordinasi, melainkan pencegahan dini hingga penindakan.


"Coba lihat di pertahanan laut negara lainnya. Ada navy, ada coast guard. Itu semua masuk ke dalam Bakamla. Tugas kami menjaga kedaulatan di laut," ujar dia.

Diberitakan, Presiden Jokowi geram atas ulah kapal penjarah hasil laut di Indonesia. Dia menyebutkan, negara merugi Rp 300 triliun per tahun atas jarahan tersebut. Dia pun meminta keamanan laut untuk bertindak tegas terhadap kapal pencuri hasil laut.

"Enggak usah tangkap-tangkap, langsung saja tenggelamkan. Tenggelamkan 10 atau 20 kapal, nanti baru orang mikir," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/11/2014). (Tribun)

Jokowi Disarankan Blusukan ke Barak Prajurit

Posted: 21 Nov 2014 01:03 AM PST

Keributan antara personel TNI dan Polri terus berulang. Terakhir insiden bentrok di Batam pada Rabu 19 November 2014.

Agar peristiwa serupa tidak terjadi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) disarankan untuk mengambil langkah-langkah khusus.


Jokowi Disarankan Blusukan ke Barak Prajurit

Anggota Komisi III DPR Martin Hutabarat menyarankan Joko Widodo (Jokowi) terjun langsung menemui personel TNI dan Polri di lapangan untuk berkomunikasi.

"Blusukan itu sekali-kali ke tangsi-tangsi (barak) tentara, tangsi-tangsi polisi," kata Martin di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (21/11/2014).


Menurut dia, komunikasi antara presiden dan tentara serta polisi penting untuk mengetahui keinginan dan harapan masing-masing pihak.

"Supaya tahu yang di benak tentara dan polisi. Saya belum pernah lihat Jokowi ke sana," katanya.

Martin menegaskan Jokowi harus bisa menyelesaikan persoalan perseteruan TNI-Polri yang kerap terjadi. (Sindo)

5 Kapal Asing Berizin Bodong Berhasil di Tangkap di Laut Natuna

Posted: 21 Nov 2014 12:43 AM PST

Hari ini, Menteri Koordinator Bidang Maritim Indroyono Soesilo dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengumumkan hasil tangkapan kapal asing ilegal di perairan Natuna, Kepulauan Riau. Sebanyak 5 kapal asing berasal dari Thailand.

5 Kapal Asing Berizin Bodong Berhasil di Tangkap di Laut Natuna

"Tim dari KKP (Kelautan dan Perikanan), pada tanggal 19 November itu menangkap 5 kapal perikanan di Kepulauan Natuna. Sekarang ditangani di PSDKP di Pontianak," kata Indroyono dalam acara konferensi pers di Gedung Mina Bahari Kantor KKP, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Jumat (21/11/2014)


Indroyono mengatakan, berdasarkan kajian awal ada 5 kapal bernama Natuna 99, 30, 25, 24 dan 23. Ukuran kapal asing yang ditangkap yaitu di atas 100 GT.

"Memiliki izin, tapi izinnya bodong. Awak kapal itu warga negara asing," katanya.

Indroyono mengapresiasi tindakan KKP dan menangkap kapal ikan ilegal, serta berhasil menahan 61 orang ABK dari Thailand yang menggunakan kapal di atas 100 GT

"Tadi setelah dipantau itu KM Natuna tersebut itu nggak ada terdaftar. Jadi ini palsu," katanya. (Detik)

Bentrok Batam, Pangdam dan Kapolda Bisa Dicopot

Posted: 20 Nov 2014 08:05 PM PST

Politisi PDIP TB Hasanuddin menyesalkan insiden bentrok TNI AD Batalyon 134 dan Brimob di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), karena membahayakan, dan memberi contoh buruk terhadap masyarakat.

Bentrok Batam, Pangdam dan Kapolda Bisa Dicopot

Kalau insiden itu terjadi lagi di wilayah manapun, maka hukum harus ditegakkan dan atau Kapolda dan Pangdamnya dicopot.

"Bentrok antar aparat pemeirntah itu tidak boleh terjadi. Sebelumnya Danrem sudah turun, dan tidak bisa berhenti. Panglima Kodam juga turun, sudah bolak balik ke Batalyon, ke Brimob, juga masih terjadi tembakan-tembakan yang bisa membahayakan masyarakat sekitar," tegas TB. Hasanuddin yang merupakan purnawirawan TNI pada wartawan di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (20/11/2014).


Menurut purnawirawan TNI mayor jenderal itu, agar bentrokan serupa tidak terulang, maka dia menyarankan Presiden Jokowi untuk segera memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dan Kapolri Jenderal Pol Sutarman.

"Jadi, kedua belah pihak itu harus duduk bersama dan membuat kesepakatan. Itu solusi yang baik. Bahwa bapak Presiden memanggil Panglima TNI dan Kapolri untuk duduk bersama. Dibuat kesepakatan kalau bentrok lagi di sebuah wilayah Kodam atau Polda, maka Kapolda dan Pangdamnya bertanggung jawab sampai dicopot dari jabatannya," tambahnya.

Dikatakan, bentrok TNI-Polri sudah sering terjadi. Kasus terakhir di Batam sudah sangat meresahkan masyarakat. Seharusnya kedua institusi itu bisa memberi contoh yang baik, bukan malah berantem.

"Aparat yang seharusnya memberi contoh kedamaian, kerukunan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, malah dicederai dengan pertempuran," ujarnya.

Karena itu TB Hasanuddin berharap pihak-pihak yang bersalah dalam kasus bentrokan tersebut harus diproses secara hukum.

"Saya kira, siapapun yang salah harus dihukum. Ada aturan-aturannya, dengan hukum disiplin militer, atau pidana militer. Sebab, mengeluarkan senjata itu termasuk pidana militer," pungkasnya. (PR)

Mengintip Keunggulan Tank Leopard II Revolution Indonesia

Posted: 20 Nov 2014 07:23 PM PST

Indonesia telah memiliki tank kelas berat jenis Leopard tipe 24. Namun untuk menambah kekuatan, Indonesia rupanya memesan juga tank Leopard dengan spesifikasi lebih canggih yang kemudian disebut Leopard Revolution Indonesia.

"Leopard II Revolution Indonesia memang teknologinya di atas tipe 24 tapi tidak bisa di-upgrade lagi. Yang tipe 24 masih bisa di-upgrade," kata Komandan Batalion Kavaleri 8/2 Tank Mayor Kavaleri Valian Wicaksono di kantornya, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (20/11/2014).



Sekilas tak ada yang berbeda dengan Leopard tipe 24 yang saat ini terparkir di Pasuruan dan Cijantung. Namun struktur cangkang luarnya menyerupai tank-tank siluman.

"Nantinya akan ada 41 unit Leopard II Revolution Indonesia," ujar Valian.

Kelebihan tank ini ada pada sistem kanonnya yang mampu mendeteksi musuh dan kawan secara otomatis. Kemudian moncong kanon kaliber 120 mm dan 125 mm dapat mengunci musuh bahkan mengikuti suhu panas kendaraan tempur musuh.


‎"Identif ikasi friend or foe itu semacam radar, jadi sudah terintegrasi bisa membaca kedudukan kawan dan musuh. Ada night visionnya juga heat lock," papar Valian.

Kelebihan teknologi ini membuat tank Leopard termasuk Leopard II RI memiliki kecepatan bidik melebihi tank-tank lainnya. Prajurit di dalam kubah kanon hanya tinggal mengarahkan binokular ke arah kendaraan tempur musuh dan kanon pun mengikutinya.

Akan tetapi, tank Leopard II RI itu baru akan digunakan pada tahun depan karena masih dalam proses pengerjaan. Valian mengaku kemampuan tempur tank Leopard canggih itu di atas kemampuan tank Leopard Singapura.

"Untuk saat ini, kemampuan Leopard II RI di atas tank Leopard yang digunakan Singapura," kata Valian.

Spesifikasi lainnya dari tank Leopard II RI tidak disebutkan oleh Valian. Pada dasarnya, kemampuan tank 62 ton canggih itu tak akan jauh berbeda dengan tank Leopard tipe 24 seperti mampu menembakan kaliber 120 mm hingga 125 mm dengan jarak efektif 4 Km.

"Ditunjang sistem keseimbangan pada turret sehingga menembak sasaran bisa sambil bergerak, dilengkapi automatic firing control system dan balistic computer untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi tembakan," ujar Valian.

‎Tank Leopard memiliki 4 awak yang terdiri dari komandan kendaraan yaitu seorang perwira, pengemudi, gunner dan loader. Setiap awak mendapatkan pelatihan untuk 4 posisi tersebut sehingga jika kehilangan satu posisi, Leopard tidak 'pincang'.

"Kapasitas 47.000 cc, RPM 2.600/min dengan tenaga kuda 1.497 hp. Mengarung (berjalan di bawah air) tanpa persiapan hingga kedalaman 1,2 meter, dengan snorkel bisa mencapai kedalaman 4 meter," ujar Valian.

Kecepatan maksimum Leopard mencapai 68 Km/jam untuk maju, jika mundur maka bisa mencapai 31 Km/jam. Dengan kapasitas BBM sebanyak 1.160 liter, Leopard bisa mengarungi daratan ratusan kilometer jauhnya.

"Kecepatan berputar kubahnya 360 derajat itu 9 detik, dengan persenjataan Rheinmetall 120 mm smoothbore gun L/44 dan 2 senjata mesin GPMG. Kekuatan seluruhnya di Yonkav 8/2 Tank, ada 41 unit Leopard, 19 tank support seperti komando, jembatan, recovery, engineer vehicle dan logistik," pungkas Valian.

‎Dengan keberadaan Leopard ini, bagi Valian, Indonesia mendapatkan 3 keuntungan. Keuntungan itu berupa keuntungan politis untuk keseimbangan kekuatan, keuntungan untuk mewujudkan efek penggentar dan meningkatkan posisi tawar serta wibawa bangsa Indonesia di dunia internasional.

"Di blok NATO ada 4 varian yang desainnya hampir mirip yakni Leopard II, Abrams, Challenger dan‎ Leclerc. 4 Varian ini hanya bisa diimbangi oleh tanknya Israel Merkava, tapi nggak mungkin menghadapi NATO kayaknya," kata Valian.

‎"Kalau Rusia, dia memang menang kemampuan bajanya yang sampai saat ini baja Rusia masih yang paling baik. Tapi Leopard menggunakan explosive reactive armor dengan ceramic add on plate dan composive protection sehingga mampu menahan hingga kaliber 40 mm," ujar Valian. (Detik)

Legislator ingin Polri-TNI jujur soal akar bentrokan

Posted: 20 Nov 2014 07:16 PM PST

Anggota DPR Dwi Ria Latifa mendesak Polri dan TNI membuka secara jujur akar permasalahan yang menyebabkan anggota TNI Yonif 134 Tuah Sakti bentrok dengan Brimob di Batam.

"Harus diselesaikan dari akarnya, bukan ujungnya, seperti yang terjadi selama ini. Saya minta Kapolri dan Kepala Staf Angkatan Darat menggali dan menyelesaikan permasalahannya secara serius," kata Latifa, anggota Komisi III DPR di Gedung Nusantara I DPR, Kamis.


Legislator ingin Polri-TNI jujur soal akar bentrokan
Ilustrasi

Dia curiga penyebab bentrok antara anggota TNI Yonif 134 Tuah Sakti dengan Brimob Polda Kepri di Batam bukan hanya karena selisih paham atau tersinggung, melainkan ada hal lain yang prinsip dan mendasar.

Hal prinsip itu dapat berhubungan dengan balas dendam, karena pada 21 September 2014 terjadi peristiwa yang sama.


"Atau mungkin ada hal lain, yang perlu didalami, diselesaikan dan diumumkan kepada publik. Saya minta kedua belah pihak tidak menyelesaikan permasalahan seperti petugas pemadam kebakaran, melainkan menggali akar permasalahan, dan mencari solusinya, " katanya.

Latifa mendesak Kapolri dan Kasad tidak menutupi akar permasalahan dari bentrok tersebut, karena peristiwa itu sudah berulang kali terjadi.

Kedua institusi harus meninggalkan paradigma menutupi akar permasalahan yang terjadi.

"Tinggalkan paradigma itu, mari kita jujur. Ini permasalahan serius, yang membuat warga Batam merasa tidak aman," tegasnya.

Dia mengatakan bentrok aparat pertahanan keamanan di Batam tidak dapat dianggap sebelah mata, karena Batam berbatasan dengan Malaysia dan Singapura. Batam juga kota industri, yang memiliki banyak investor asing.

"Batam merupakan salah satu pintu masuk Indonesia, wajah Indonesia. Aparat pertahanan keamanan itu seharusnya menjadi benteng, bukan pasukan yang bentrok," katanya.

DPR: tindak tegas oknum TNI-Polri bentrok

Komisi I Bidang Pertahanan, intelejen, Luar Negeri, Komunikasi, dan Informatika DPR RI meminta oknum TNI-Polri yang terlibat bentrok di Batam, Kepulauan Riau, Rabu (19/11) ditindak tegas.

"Terulangnya kasus bentrok tersebut menunjukkan penyelesaian persoalan gesekan antaraparat tidak tuntas," kata Ketua Komisi DPR RI Mahfudz Siddiq saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Akhir Tahun Lembaga Penyiaran Publik RRI 2014 di Surabaya, Kamis.

Menurut dia, penyelesaian bentrok selama ini hanya disikapi dengan pernyataan bersama dan nota kesepahaman bersama. "Tidak ada upaya yang serius untuk duduk bersama mencari akar masalah dan solusinya," katanya.

Dengan kondisi itu, ia memperkirakan kasus perselisihan akan terus terulang. Untuk mengatasi masalah bentrok antara aparat TNI-Polri, Mahfudz Siddiq meminta oknum yang terlibat dari dua belah pihak ditindak tegas.

"Tentunya yang terlibat harus ditindak tegas, dan institusi Polri dan TNI tidak boleh ada yang melindungi oknum yang terlibat," katanya.

Mahfudz menegaskan penegakkan hukum harus diciptakan untuk memberikan efek jera. Ia menduga, perselisihan terjadi karena masih ada aparat TNI-Polri di lapangan yang menjalankan tugas di luar tupoksi mereka.

"Tugas polisi menegakkan keamanan dan hukum, sedangkan TNI adalah pertahanan. Jadi, tidak ada urusannya menjadi beking kemanan mengamankan bisnis ilegal," tegasnya.

Mahfudz menambahkan selama aparat TNI-Polri terlibat dalam bisnis di luar tugasnya, maka konflik akan terus terjadi. Ketika ditanya siapa yang bertanggung jawas atas terulangnya bentrok TNI-Polri di Kepri Ia menegaskan, bahwa polemik antardua korps ini adalah masalah institusi.

"Ini bukan urusan orang per orang yang harus bertanggung jawab, tapi sudah masalah institusi," katanya.

Mahfudz menegaskan, jika tidak ada respons dari TNI-Polri untuk menyelesaikan masalah bentrokan tersebut secara sungguh-sungguh. Komisi I dan III menyelenggarakan rapat kerja untuk membahas masalah tersebut.

"Komisi I dan III akan bahas masalah ini, tapi kita beri kesempatan pada TNI-Polri untuk selesaikan masalahnya. Gak perlu DPR terlibat, nanti malah tambah complicated," katanya.

Diketahui pada Rabu malam, sekitar 30 anggota TNI AD Yonif 134/Tuah Sakti menyerang Mako Brimob Polda Kepri. Sejak sore hari hingga malam, terjadi penembakan di Mako Brimob. Saat kejadian, Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo beserta sejumlah staf dan empat jurnalis terjebak di dalam hingga akhirnya berhasil dievakuasi sekitar pukul 22.30 WIB. Hingga saat ini pihak terkait masih menyelidiki penyebab kejadian tersebut. (Antara)

Strategi Maritim untuk Kepentingan Nasional Perlu Undang-Undang Maritim

Posted: 20 Nov 2014 06:42 PM PST

Konsep Indonesia Poros Maritim Dunia dianggap beberapa kalangan masih mengandung ketidakjelasan, baik secara teori maupun aplikasinya. Forum Kajian Pertahanan dan Maritim (FKPM) mengemukakan masalah itu dengan memberi pandangan tentang maritim sebagai strategi nasional, dalam kajian strategis di kantor FKPM, Gunung Sahari, Jakarta, Rabu (19/11/2014).


"Gagasan Poros Maritim dari presiden membuat kita semakin terperangah. Namun, yang perlu dicermati adalah mengenai pengertian apa maritim itu sendiri dan bagaimana strateginya, kemudian kaitannya dengan kepentingan nasional kita," ucap Wakil Ketua FKPM, Laksda (Purn) Budiman Djoko Daid.

Menurutnya, domain maritim yang menyangkut seluruh aktivitas, baik bawah, permukaan, dan ruang udara di atasnya perlu dijabarkan terlebih dahulu. Selain itu, strategi maritim untuk kepentingan nasional harus mengarah kepada ends atau goals-nya, baru dapat disusun program untuk mencapainya. Karena kepentingan nasional terkait dengan domain maritim maka strategi menyangkut elemen domain maritim perlu dikembangkan pemerintah.


"Sebenarnya, goals sudah ada, yaitu di Pembukaan UUD 45, di mana itu merupakan fundamental national goal dan itu harus diturunkan menjadi kepentingan nasional selama jangka waktu beberapa tahun. Ketika sudah ditetapkan itu, barulah kita berpikir bagaimana strategi nasionalnya. Kalau di maritim, berarti menyangkut masalah politik, ekonomi, dan pertahanan," tandasnya.

Terkait elemen domain maritim yang menjadi turunan strategi maritim sebagai strategi nasional, Budiman menuturkan, hal tersebut dapat dijabarkan dengan rumus domain maritim sama dengan fungsi elemen domain maritim.

"Fungsi dari elemen domain maritim, misalnya ada perikanan. Perikanan itu pun nanti bisa dijabarkan lagi: perikanan satu, perikanan dua, sampai seterusnya. Kemudian ada subscribe-subscribe-nya lagi. Begitu pun di politik dan pertahanan. Memang ini sangat rumit sekali, tetapi harus seperti itu, untuk kita mencapai tujuan dari kepentingan nasional kita," tambah Budiman.

Dari penjabaran itu, sambungnya, akan terlihat program-program yang dibangun selama kurun waktu tertentu. Program itu ada yang berpola top-down dan bottom-up.

"Itu pasti ada banyak program yang terbangun. Maka dari itu, perlu metode multiple objective decision making untuk men-standarkan dari banyaknya program itu," paparnya.

Kondisi Perang dan Damai

Di akhir pemaparannya, Budiman menjelaskan bahwa strategi domain maritim juga harus melihat kondisi, baik perang maupun damai. Hal itu perlu diatur dalam Undang-Undang Maritim.

"Strategi maritim itu ada dua, satu untuk perang dengan jantungnya angkatan laut, dan strategi nasional untuk keamanan pada masa damai dengan jantungnya coast guard. Jadi, yang satunya kondisi krisis, penangkalan konflik, dan perang, kemudian yang satunya pada damai dan sudah pasti ancamannya beda," kata Budiman.

Lebih lanjut, mantan Danseskoal tahun 2000 ini menuturkan ancaman dalam kondisi perang, lawannya adalah state actor-regular threat, dan dalam kondisi damai adalah non-state actor dan bersifat irregular threat.

"Itu semua harus diatur oleh pemerintah dalam suatu strategi maritim untuk kepentingan nasional. Berarti perlu ada Undang-Undang Maritim, bukan Undang-Undang Kelautan," tegasnya. (JMOL)

World Class Navy, Marinir Gelar Latihan Bersama dan Turut Operasi Perdamaian

Posted: 20 Nov 2014 06:32 PM PST

Untuk mewujudkan World Class Navy (WCN), Marinir TNI AL baru-baru ini mengadakan latihan bersama dengan Amerika Serikat. Secara resmi, pelatihan dibuka Danpasmar-2, Brigadir Jenderal TNI (Mar) Denny Kurniadi, mewakili Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops Kasal) Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, di Pusat latihan Tempur (Puslatpur) Antralina, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (19/11/2014).

World Class Navy, Marinir Gelar Latihan Bersama dan Turut Operasi Perdamaian

Dalam amanat Asops Kasal yang dibacakan Danpasmar-2 disampaikan, kegiatan ini merupakan latihan bersama antara Indonesia dan Amerika serikat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik maupun taktik operasi khusus, baik aspek darat maupun aspek laut, bagi personel Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) Korps Marinir.

"Sebagaimana kita ketahui bersama, dengan mencermati perkembangan situasi keamanan global dunia saat ini yang semakin kompleks dengan munculnya berbagai ancaman dari negara mana saja dan dengan sasaran lintas-negara, sehingga mendorong pemikiran negara-negara untuk menjalin kerja sama keamanan guna mengatasi hal tersebut," ujarnya.


Lebih lanjut, dikatakan agar seluruh peserta latihan membangun rasa hormat-menghormati dan selalu menjalin hubungan baik, berdasarkan rasa persaudaraan prajurit Korps Marinir.

"Saya yakin dan percaya, sumbangsih dan kerja keras saudara selama melaksanakan latihan ini akan meningkatkan hubungan baik antar-kedua negara," tegas Asops Kasal, mengakhiri amanatnya.

Hadir pada acara tersebut Asintel Dankormar Kolonel Marinir Imam Sopinggi, Asops Kaspasmar-2 Kolonel Marinir Sugiyanto, Danpuslatpur Antralina Letkol Marinir Manurung, Paban Sopkasal Mayor Mar Busro, serta jajaran Muspika Kabupaten Sukabumi.

Sedikitnya, 97 prajurit gabungan Yontaifib Korps Marinir dan US Marsoc pimpinan Komandan Satuan Tugas Latihan Danyon Taifib-2 Mar Mayor Marinir Samson Sitohang akan melaksanakan latihan bersama dengan sandi Lantern Iron 15. 2441, di Puslatpur Antralina, Pelabuhan Ratu, dan sekitarnya.

Adapun materi latihan yang akan berlangsung dari tanggal 19 November hingga 19 Desember 2014 ini meliputi operasi darat dan operasi laut.

Pasukan Perdamaian

Sementara itu, di Sidoarjo, sebanyak 92 personel dari Pasmar-I yang tergabung dalam Satgas UNIFIL Lebanon akan diberangkatkan ke Lebanon dalam misi perdamaian.

Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Kasirun Situmorang memberikan arahan kepada prajurit Pasmar-1 yang tergabung dalam Satgas UNIFIL Lebanon itu di gedung Edianto Balai Prajurit Brigif-1 Marinir Gedangan, Sidoarjo, Rabu (19/11/2014).

Sedikitnya 92 prajurit Pasmar-1 tergabung dalam Satgas UNIFIL Lebanon yang terdiri dari Satgas Yonmek TNI Konga XXIII-I/UNIFIL 80 orang, Satgas Milstaff Seceast 1 orang, dan Satgas Force Protection Company (FPC) TNI XXVI-G2 UNIFIL 11 orang.

Kegiatan yang dihadiri Asops Pasmar-1 Kolonel Marinir Sarjito, Asintel Kolonel Marinir Widodo, Aspers Kolonel Marinir I Made Sukada, Aslog Kolonel Marinir Aris Mudian, Asrena Kolonel Marinir Nurhidayat, Komandan Brigif-1 Marinir Kolonel Marinir Y. Rudy Sulistyanto, Komandan Menbanpur-1 Mar Kolonel Marinir Iwan Hermawan, Komandan Menkav-1 Mar Kolonel Marinir Herkulanus Herry Sintarto, dan Komandan Menart-1 Mar Letkol Mar F. Simanjorang tersebut juga dihadiri Para Komandan Satlak di jajaran Pasmar-1.

Dalam arahannya, Komandan Pasmar-1 menyampaikan bahwa untuk ke sekian kalinya, Korps Marinir, khususnya Pasmar-1, mendapat kehormatan dari negara dengan memberangkatkan 92 prajurit terpilih sebagai duta TNI, sekaligus duta bangsa, untuk mengemban mandat PBB, yaitu turut serta melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian di wilayah Lebanon.

Selama satu bulan, lanjutnya, para prajurit telah melaksanakan Pre-Deployment Training (PDT) di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI dengan menerima materi maupun pengalaman mulai dari Core Pre Deployment Training Materials (CPTM) standar PBB sampai dengan materi teknis dan aplikasi di lapangan. Harapannya, semua materi yang telah didapatkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan misi di wilayah Lebanon.

"Sebagai seorang peace keeper, kalian akan melaksanakan misi di wilayah Lebanon selama dua belas bulan. Laksanakan tugas dengan baik. Jaga nama baik satuan, korps, bangsa, dan negara dengan tidak membuat pelanggaran serta pegang teguh prinsip kenetralan sebagai pasukan pengaman internasional," tegasnya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa saat ini di wilayah penugasan dalam kondisi kondusif, sehingga dalam pelaksanaan tugas akan banyak ditemui kegiatan bersifat rutinitas yang dapat menimbulkan kejenuhan, apabila tidak pandai mengisi dan memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat. Oleh karenanya, seluruh prajurit harus memahami tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Sebelum mengakhiri arahannya, orang nomor satu di Pasmar-1 itu memberikan beberapa penekanan untuk dipedomani dalam melaksanakan tugas, yaitu memelihara keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; melaksanakan setiap tugas dengan berpedoman pada Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan delapan wajib TNI; mempelajari dan memahami karakteristik daerah operasi sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi; selalu meningkatkan kemampuan jasmani, kemampuan berbahasa Inggris dan Arab, serta kemampuan menggunakan teknologi informasi. (JMOL)

No comments