Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Panglima TNI Ultimatum Panglima Tentara Singapura

Posted: 14 Nov 2014 01:54 AM PST

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang ikut ambil bagian dalam latihan wajib militer (Wamil) di Singapura sudah di deportasi ke negara itu.

Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko

Dirinya menyesalkan hal itu bisa terjadi.

Namun, Moeldoko mengatakan bahwa dirinya sudah berkomunikasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Singapura, Letjen NG Cheen Peng. Dalam komunikasi itu, Moeldoko meminta Cheen untuk melakukan evaluasi di tubuh institusinya.

"Saya waktu teleponan dengan Pangab Singapura saya bilang 'hati-hati', kamu harus lakukan evaluasi dengan baik karena tidak menutup kemungkinan hal seperti ini bisa terulang lagi tahun depan.


Kalau itu yang terjadi kita akan lakukan langkah-langkah lebih keras," kata Jenderal Moeldoko kepada wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (13/11/2014).

Menurutnya, dua WNI yang berinisial CHJ dan AJ itu memang tinggal di Singapura. Mereka wajib ikut wajib militer sebagai permanent resident.

"Ini sebenernya ada kesenjangan, karena WNI yang tinggal di Singapura mendapat permanent resident itu bagi Singapura ditentukan harus wajib menjadi cadangan atau wajib militer. Kalo dia nggak ikut dia akan di-jail, akan masuk jail. Satu sisi mereka punya paspor Indonesia. Kebetulan kita dengan Singapura ada latihan Indopura (gabungan), mereka bagian dari kontingen yang ikut," katanya.

Sementara itu perihal permintaan permanent resident yang diajukan kedua WNI itu, Kapuspen Mabes TNI, Mayjen TNI Fuad Basya, mengatakan, hal itu diserahkan kepada Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Luar Negeri. Kewenangan TNI hanya sampai pemulangan.

"Itu urusannya Kemenlu dan Kemenkumham. Diizinkan atau tidak, warga negara kita sebagai permanent resident ikut wamil di sana. Kami pulangkan mereka ke sana," kata Fuad. (Tribun)

Rusia Tawarkan Sistem Aplikasi Satelit

Posted: 14 Nov 2014 01:52 AM PST

Rusia menilai Indonesia sebagai salah satu negara kunci yang harus dijadikan mitra di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, Rusia berminat mengaplikasikan sistem satelitnya di Indonesia sebagai salah satu bentuk kerja sama bidang teknologi canggih.

Rusia Tawarkan Sistem Aplikasi Satelit

"Kami juga bahas kesempatan untuk mengaplikasikan sistem satelit Rusia di Indonesia," kata Ketua Dewan Federasi Majelis Federasi Rusia VI, Valentina Matviyenko dalam keterangan persnya di kantor wakil presiden, Jakarta, Rabu (12/11).


Rusia merupakan salah satu negara yang ternama dalam bidang teknologi luar angkasa. Negara bekas Uni Soviet tersebut saat masa Perang Dingin selalu bersaing dalam berbagai hal khususnya bidang antariksa dengan Amerika Serikat.

Matviyenko menambahkan, sebelumnya juga telah ditandatangani kerja sama antara militer Indonesia dengan Rusia. Termasuk di dalamnya perihal penanggulangan terorisme.

Selain sistem satelit, Rusia juga berminat berinvestasi dalam bidang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Matviyenko mengatakan hal tersebut sebagai kesempatan perdana yang penting. (BeritaSatu)

Kemenlu Bantah Pencaplokan Desa di Nunukan

Posted: 14 Nov 2014 01:50 AM PST

Tiga desa di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, dikabarkan diklaim sebagai bagian dari Kerajaan Malaysia.Namun, kebenaran kabar tersebut dibantah Direktur Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Agus Mulyana.

Desa perbatasan Indonesia Malaysia
Desa perbatasan Indonesia Malaysia

Ia mengatakan, eksodus warga yang terjadi di tiga desa di Nunukan, Kalimantan Utara, karena persoalan batas wilayah antara Indonesia dengan Malaysia. Menurut Agus, saat ini kecamatan Lumbis Ogong yang berada di perbatasan dua negara belum pernah dibicarakan oleh Indonesia dan Malaysia.


"Tidak benar bahwa tiga desa di Kabupaten Nunukan, yaitu Desa Simantipal, Desa Sinapad dan Desa Sinokod di Kecamatan Lumbis Ogong, diklaim oleh Kerajaan Malaysia," kata Agus, dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (14/11/2014).

Namun, Agus mengakui, Desa Simantipal dan Desa Sinapad berada dalam wilayah perbatasan kedua negara. Hingga kekinian, kedua negara masih membahas penegasan kedua desa tersebut masuk wilayah Indonesia atau Malaysia.

"Batas negara di kawasan Desa Sinapad dan Desa Simantipal, memang belum dipastikan dan ditegaskan. Itu dikarenakan tim dari pihak negara tetangga masih menangani dan memastikan batas negara yang ada di kawasan lain di wilayah Borneo/Kalimantan," papar Agus. (TribunNews)

Polri Waspadai Serangan Senjata Biologi dan Kimia

Posted: 14 Nov 2014 01:48 AM PST

Dalam upaya memberikan rasa aman di masyarakat, satuan elit dalam jajaran kesatuan Polri, Brimob, harus mampu mengatasi segala bentuk ancaman yang berdampak menimbulkan kerugian baik jiwa ataupun material.

Kapolri Jenderal Pol Sutarman

Brimob mempunyai unit khusus yang dilatih untuk menangani serangan menggunakan senjata kimia, biologi, dan radio aktif. Unit ini melakukan peragaan dalam acara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 Brimob di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jumat ini.

"Kita menampilkan unit yang menangani masalah kimia, biologi, dan radioaktif. Kita mempunyai kemampuan itu," ujar Kapolri Jenderal Pol Sutarman.


Unit khusus dibawah Satuan 1 Gegana itu melakukan latihan sebagai bentuk antisipasi. Pihak Kepolisian bekerjasama dengan tenaga keamanan dari negara lain.

Sutarman mengaku pihak Kepolisian telah menerima laporan adanya ancaman serangan menggunakan senjata biologi dan kimia.

"Ancaman-ancaman itu sudah ada karena surat-surat ancaman berisi serangan menggunakan biologi dan kimia. Sebelum menyerang, Polri sudah mempunyai kemampuan mengantisipasi kerja sama dengan Kepolisian negara lain," tuturnya. (Tribun)

TNI Diperkuat Lima Drone Baru

Posted: 14 Nov 2014 01:46 AM PST

Pertahanan militer Indonesia kini diperkuat oleh 5 pesawat tanpa awak atau Drone yang baru saja datang. Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyebut Drone tersebut merupakan impor dari luar negeri.

UAV Heron Australia saat operasi di Afghanistan
UAV Heron Australia saat operasi di Afghanistan (Photo: Australian Defence Force)

"Ada Drone baru yang baru datang kita. Import dari luar, ada 5," ungkap Moeldoko di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (13/11/2014).

Meski begitu, Jenderal Bintang 4 itu belum mau menjelaskan dari mana asal Drone tersebut maupun spesifikasinya. Ia hanya memastikan, pesawat tanpa awak yang baru dimiliki TNI itu bukanlah buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang saat ini juga tengah memproduksi Drone bekerja sama dengan BPPT.


"Bukan dalam negeri, dari luar. Kita sekarang sedang belajar untuk pengendalian itu," jelas Jenderal Moeldoko singkat.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebelumnya berencana menempatkan Drone buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk mejaga wilayah perbatasan Indonesia. Menyambut rencana Ryamizard dengan baik, Moeldoko pun mengatakan armada itu bisa melengkapi Drone yang baru saja datang.

"Bisa juga akan ditambahkan, tapi kita sebetulnya sudah punya," tutup Moeldoko. (Detik.com)

No comments