Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Malaysia Klaim Karang Singa, Bintan

Posted: 10 Sep 2014 12:53 AM PDT

Bintan – Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Malaysia saling mengklaim perairan utara Pulau Bintan, tepatnya di sekitar Karang Singa. Menurut Asisten Operasi Komando Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV Tanjungpinang Kolonel Laut (P) Fauzi, persoalan tersebut terjadi karena sampai saat ini permasalahan perbatasan wilayah kedua negara belum dibicarakan tuntas.

Malaysia Klaim Karang Singa, Bintan
Karang Singa, Bintan

"Harusnya Karang Singa masuk wilayah Indonesia, jika melihat peta perbatasan wilayah yang dimiliki Indonesia. Tapi Malaysia mengklaim, itu milik mereka berdasarkan garis batas wilayahnya," ungkap Fauzi seperti dilansir Riau Pos (Grup JPNN), Selasa (9/9).

Fauzi pun menyarankan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan membangun suar lalu lintas kapal di perbatasan. Sehingga pemerintah Malaysia tahu jika perairan itu masuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Dia juga mengatakan perairan Karang Singa, utara Pulau Bintan sangat berpotensi. Perairan itu dikenal memiliki lumbung ikan.

"Nelayan kita mengakui. Kami harapkan suar, setidaknya nelayan jadi tahu perbatasan Indonesia," katanya.

Kepala DKP Bintan Wan Rudi Iskandar menyambut baik saran tersebut. Dia mengaku akan berkoordinasi dengan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dan kementerian.

"Itu saran yang baik, sebelumnya Pemkab bersama lintas instansi juga sudah membangun tugu batas wilayah di Pulau Sentut Perairan Mapur," sebutnya.

DKP juga berjanji akan meneruskan masukan ini ke Bupati Bintan agar segera ditindaklanjut.

"Kami akan kumpulkan dana. Apakah nanti murni APBD atau dibantu BNPP Bintan atau kementerian,'' ujarnya.

Sementara soal pengamanan wilayah perbatasan, Wan Rudi memohon agar satuan pengamanan terkait turut maksimal menjaga kedaulatan NKRI. (riau pos | jpnn.com | JKGR)

Eurocopter Tiger H61 Akan Meriahkan HUT ke-69 TNI

Posted: 10 Sep 2014 12:51 AM PDT

Ada keterangan menarik hasil wawancara Metro TV dengan Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, saat berada di Paris, tanggal 26 Juni 2014. Akankah Helikopter Tiger H61, ikut meramaikan Parade Militer HUT ke-69 TNI ?.

Eurocopter Tiger H61
Eurocopter Tiger H61

Paris, 26/6/2014 – Upacara kebesaran HUT ke-69 TNI akan menjadi ajang pertama bagi 'macan' baru TNI memperkenalkan diri kepada warga Indonesia. Macan itu sedang dalam tahap akhir persiapkan fisik di benua Eropa.

Macan itu adalah helikopter serang Eurocopter Tiger H61. Mereka akan melengkapi helikopter serbu MI 35 dan Apache memperkuat TNI AD. Selain itu ada tiga kapal fregat multifungsi untuk TNI AL yang sedang dibangun di Manchester, Inggris.

"Seluruh alutsista yang baru ini akan ikut dalam peringatan Hari TNI 5 Oktober," kata Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin di Paris, Jumat (26/6/2014).


Wamenhan berkunjung ke Paris bersama rombongan Komite Kebijakan Industri Pertahanan. Selain itu mereka ke Belanda juga untuk memastikan perkembangan seluruh alutsista yang dipesan Indonesia untuk jajaran TNI.

"Saat ini seluruh pesanan itu sudah dalam tahap akhir dan akan segera dikirim secara bertahap ke Indonesia," sambung matan Pangdam Jaya ini.

Sjafrie merasa puas karena selain pembelian alutsista ada banyak tawaran bagi pengembangan kerja sama industri pertahanan. Terutama untuk Pindad yang terbuka peluang bagi pengembangan panser Anoa serta kendaraan tempur dan amunisi lainnya.

Bersama Dirut Pindad Sudirman Said, Wamenhan bertemu juga Presiden Volvo Group, Stefano Chmielewski untuk membicarakan pasokan mesin Renault sebagai sumber tenaga Panser Anoa. "Pindad sudah memproduksi 250 unit panser kebutuhan TNI AD. Sekarang Pindad mempunyai kesempatan untuk memasok 250 unit lainnya dan Renault bersepakat untuk memasok kebutuhan mesinnya," kata Sjafrie (Suryo Pratomo, JKGR, MetroTVNews.com)

Pesawat R80 Akan Terbang Perdana di Bandara Kertajati Jawa Barat

Posted: 10 Sep 2014 12:27 AM PDT

Mantan Presiden RI serta tokoh dirgantara Indonesia, BJ Habibie datang menemui Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) di rumah dinasnya, Gedung Pakuan Bandung, Rabu (10/9/2014). Habibie datang bersama tim dari PT Regio Aviasi Industri (RAI), termasuk anaknya Ilham Habibie.

Pesawat R80 Akan Terbang Perdana di Bandara Kertajati Jawa Barat

Kedatangan Habibie tersebut, untuk memaparkan perkembangan pengembangan pesawat R80 yang tengah dikerjakan RAI. Habibie menyatakan harapannya, pesawat R80 yang ditargetkan selesai pada 2017 itu, bisa melakukan first flight (penerbangan perdana) di Bandara Kertajati di Majalengka.

"Ini kesempatan silaturahmi dan brainstorm soal masa depan industri dirgantara di bumi nusantara," ujar Habibie usai pertemuan yang digelar secara tertutup tersebut.


Habibie memaparkan, kebutuhan pesawat terbang saat ini makin meningkat, seiring dengan pertumbuhan penumpang. Pesawat R80 ini disebutnya sebagai generasi lanjutan N250 hasil rancangannya terdahulu.

"N250 yang terbang perdana pada 10 Agustus 1995 membuktikan, bangsa ini mampu mengembangkan teknologi secanggih apapun," katanya.

Ia mengatakan, pesawat R80 yang sedang dikerjakannya itu memiliki kapasitas 80 seat, dengan teknologi yang lebih canggih. R80 yang dikerjakan bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung ini ditargetkan akan selesai pada 2017, dan akan terbang perdana pada 2018.

"Tahun 2018 nanti akan first flight, lalu 2019 sertifikasi kelaikan udara," jelas Habibie.

Rencana first flight tersebut, dikatakan Habibie, pas dengan pembangunan Bandara Kertajati di Majalengka. Bandara internasional tersebut juga direncanakan akan mulai beroperasi pada akhir 2017.

"Pemprov Jabar juga sedang persiapkan bandara baru. Nanti kita inginnya R80 itu first flight dari Kertajati, Majalengka," harapnya. (Detik)

60% Komponen Pesawat N219 Buatan Dalam Negeri

Posted: 10 Sep 2014 12:22 AM PDT

Pesawat N219 disebut-sebut bakal menjadi kebangkitan industri pesawat terbang dalam negeri. Ide, model, dan desain pesawat ini dirancang oleh putra-putra bangsa. Begitu juga dengan komponennya yang 60% buatan dalam negeri.


"Jumlah part N219 mencapai 5 ribu part kecil. Sekitar 60 persennya lokal," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Budi Santoso dalam acara nota kesepahaman PTDI dan LAPAN, serta First Cutting Detail Part Manufacturing N219 di Bandung, Selasa (9/9/2014).

Namun untuk mesin, N219 masih mengimpor. Budi mengatakan, N219 dibuat dengan konsep yang sederhana. "Kami mencoba membuat pesawat yang permesinannya sederhana. Karena kami ingin biaya produksi yang murah. Namun kita bisa mendapatkan keuntungan untuk pengembangan program lainnya," katanya.


Dalam pembuatan komponen, Budi mengingatkan tim produksi untuk serius. "Pengalaman saya dulu, kalau gagal, part dibuang ke tempat sampah. Kami ingin mekanik bisa meyakinkan supaya komposisi komponen sudah betul. Yang produksi juga jangan stres," minta Budi.

Direktur Teknologi PTDI Andi Alisyahbana mencontohkan, komponan kaca pesawat yang biasanya diimpor, bakal dicoba untuk menggunakan barang dalam negeri.

"Kaca yang biasanya impor, kali ini kita akan ajak industri kaca dalam negeri," katanya.


Pemerintah Gelontorkan Rp 400 M Untuk Pesawat N219

Proyek pembangunan dan pengembangan pesawat N219 didukung pemerintah pusat melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam bentuk pemberian anggaran sekitar Rp 400 miliar. Alokasi tersebut diberikan untuk pembuatan dua prototipe N219.

Hal itu disampaikan Kepala Lapan Thomas Djamalludin dalam acara penandatanganan nota kesepahaman bersama PT Dirgantara Indonesia serta First Cutting Detail Part Manufacturing N219 di Bandung, Selasa (9/9/2014).

"Anggaran yang diberi pemerintah tahun ini dan tahun depan totalnya sekitar Rp 400 miliar. Itu untuk dua prototipe pesawat N219," kata Thomas.

Dua pesawat tersebut diharapkan sudah bisa dipamerkan pada Hari Teknologi Nasional (Harteknas) pada Agustus 2015.

Besarnya anggaran pengembangan dan pembuatan prototipe pesawat baru seperti N219 akan berat jika ditanggung oleh PT DI. Oleh karena itu, Lapan hadir sebagai jembatan antara industri penerbangan dan pemerintah.

"Lapan sebagai instansi pemerintah yang diamanatkan untuk penelitian dan pengembangan pesawat terbang yang industrinya ada di PT DI mendukung penyediaan pesawat transportasi untuk daerah terpencil dengan keterbatasan landasan," jelasnya.

Lapan, lanjut Thomas, akan ikut dalam pengembangan desain sampai nanti pesawat bisa diproduksi. "Kami akan turut dalam desain, sekaligus membangun SDM (sumber daya manusia)," ujarnya.

Secara spesifik, Thomas belum mengetahui harga jual N219 nantinya. Namun dia menyebutkan, N219 akan lebih kompetitif dibandingkan pesawat-pesawat di kelasnya.

"Dengan kompetitornya pun N219 bisa unggul pemasarannya," tuturnya.


Akan Dipamerkan Agustus 2015

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menandatangani MoU Pembangunan pesawat N-219 di Gedung GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Selasa (9/9/2014).

PTDI dan LAPAN akan membangun dan mengembangkan pesawat N-219 yang ditargetkan purwarupanya selesai dan dipamerkan pada Agustus 2015 mendatang.

Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Direktur Utama PTDI Budi Santoso dan Kepala LAPAN Thomas Djamalludin. Pesawat berpenumpang 19 orang ini diharapkan akan menjadi pesawat perintis untuk penerbangan di daerah terpencil.

"Menjadi kebanggaan kami dipercaya pemerintah untuk mengembangkan pesawat baru dengan kerjasama LAPAN. Kami akan memastikan N219 ini dapat tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya," ujar Budi dalam sambutannya usai penandatanganan MoU.

Ia menyebutkan, purwarupa N219 ini ditargetkan bisa keluar hanggar untuk dipamerkan pada Agustus 2015, serta menjalani penerbangan pertamanya (first flight) pada 2016.

"Dan diharapkan N219 bisa masuk pasar pada 2017, setelah memasuki proses sertifikasi," jelasnya.

Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamalludin menyatakan, pembangunan N219 ini akan menjadi loncatan untuk LAPAN dalam pengembangan teknologi penerbangan untuk kembali membangkitkan industri dirgantara dalam negeri.

"Program ini akan membuktikan kemandirian kita dalam membuat pesawat transportasi untuk saerah terpencil. Yang terbatas panjang landasan dan kondisi geografisnya. Kami mendukung industri penerbangan dalam negeri yang kuat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya.

Selain penandatanganan MoU, dilakukan First Cutting Detail Part Manufacturing sebagai tanda dimulainya tahap produksi komponen pesawat. Secara simbolis, Thomas didampingi Budi melakukan pemotongan material yang akan digunakan untuk pembuatan komponen sekat jendela di bagian depan pesawat.

Bersama LAPAN, PTDI akan menyelesaikan seluruh proses pengembangan prototipe N219 yang kemudian akan diproduksi massal untuk dipasarkan secara luas. 



Sumber : detik.com

No comments