Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


KRI Teluk Bintuni Tunda Jadwal Sea Trial

Posted: 22 Sep 2014 10:52 PM PDT

Kapal perang jenis Landing Shift Tank (LST) KRI Teluk Bintuni menunda jadwal sea trial (uji coba berlayar).Informasi tersebut saibumi.com peroleh dari General Manager Production PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung Edy Wiyono (50) yang mengepalai seluruh proses pembuatan kapal perang milik Kementerian Pertahanan tersebut.

KRI 520 Teluk Bintuni
KRI 520 Teluk Bintuni

Sesuai jadwal, seharusnya kemarin Minggu 21 September merupakan jadwal sea trial KRI Teluk Bintuni yang sedang sandar di dermaga PT DRU Lampung tersebut. "Sea trial-nya ditunda yah. Ternyata untuk proses commissioning main engine (percobaan mesin utama) makan waktu yang lebih banyak dari perkiraan. Karena mesin utama kapalnya didatangkan dari Korea, kami juga sudah datangkan dua teknisi langsung dari negara asalnya. Ini sudah hari keempat mereka hadir digalangan kapal ini untuk terlibat langsung dalam uji coba  mesin utama kapal ini, sebelum dinyatakan sah dan layak untuk sea trial," jelas Edy tentang penundaan program sea trial tersebut.

Lebih lanjut Edy mengatakan sistem navigasi juga sudah memasuki tahapan uji coba. "Hari ini, Senin 22 September 2014, teknisi navigasinya datang dari Singapura. Untuk memastikan semuanya dipasang sesuai prosedur dan mengetest langsung. Jadi, semoga sesuai prediksi," katanya lagi.


Kedatangan teknisi dari Korea dan Singapura tersebut sedikit banyak menjadi ajang tukar ilmu. Terutama kepada para ABK yang akan mengoperasionalkan KRI khusus pengangkut tank jenis Leopard milik Angkatan Darat tersebut.

Saat ditanya berapa lama penundaan akan berlangsung, Edy tidak bersedia memberikan jawaban pasti. "Soalnya yang kami hadapi ini adalah mesin yang secara teknologi masih banyak yang harus dipelajari. Tapi yang pasti sedang diusahakan supaya tidak makan waktu terlalu lama," jawabnya diplomatis.

Dari Letkol Haris Purnomo, salah Satu Anggota Satuan Tugas (Satgas) Mabes Angkatan Laut yang mengawal seluruh proses pembangunan kapal tersebut, saibumi.com peroleh sedikit informasi bahwa kapal perang perdana produksi swasta nasional tersebut direncanakan akan menjalani sea trial besok atau Rabu 24 September 2014. (Saibumi)

Proyeksi Pesawat AEW TNI AU

Posted: 22 Sep 2014 10:30 PM PDT

Ketertarikan TNI AU untuk memiliki pesawat peringatan dini, Airborne Early Warning (AEW), sempat mengemuka pada tahun 2012. Bahkan saking ngebetnya, Airbus Military, produsen pesawat C 295 mengecat varian C295AEW dengan kamuflase pesawat TNI AU.

C 295 AEW
KSAU Marsekal Imam Sufaat saat itu, memang pernah menyampaikan ketertarikan TNI AU untuk memiliki pesawat platform AEW. Namun Menurut KSAL, Indonesia membutuhkan platform yang lebih besar untuk memperluas daya tahan misi pesawat tersebut.

Airbus Military pun "move on", mencoba memenuhi persyaratan TNI AU dengan membuat C 295 model winglet.

Modifikasi C 295 itu, tampaknya tidak hanya untuk meningkatkan jarak jangkau dan ketahanan terbang, dan memperirit konsumsi bahan bakar. Modifikasi dilakukan kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan TNI AU akan pesawat AEW.


Apakah pesawat ini yang akan diambil ?. Tidak tahu. Yang jelas TNI AU telah memasukkan satu pesawat AEW pada pembelian alutsista 2015 – 2019, seperti tabel berikut:



Airbus Military memiliki kerjasama yang kuat dengan PT DI. Sejumlah pesawat rotary TNI kini menggunakan produk kerjasama Airbus Helicopters dan PT DI, seperti: Cougar, Fennec dan Panther.

Dengan pesanan helikopter serentak dari TNI AU, AL dan AD ke PT DI, sesungguhnya pemerintah sedang melakukan penguatan terhadap PT DI, lewat Airbus Helicopters. Hal ini sekaligus untuk mempermudah perawatan dari alutsista tersebut.

Kini, dengan adanya tawaran dari Airbus Military terhadap C295 AEW, pemerintah bisa memainkan perannya lagi. Airbus Military bisa diminta membantu PT DI, untuk terus memodernisasi fasilitas manufaktur yang memungkinkan perakitan pesawat C 295 AEW di PT DI. Hal ini seiring dengan Indonesia yang juga memesan 9 pesawat C 295. Patut diduga, salah satu pesawat C 295 nanti akan muncul varian C 295 AEW.

Pesawat AEW sendiri adalah pesawat yang dilengkapi dengan radar yang mampu menampilkan pencitraan, dan medeteksi benda jarak jauh, juga memiliki kemampuan mengintai musuh atau wilayah musuh dari udara. (JKGR)

Presiden SBY: Tuntaskan Masalah ISIS Secara Tepat dan Menyeluruh

Posted: 22 Sep 2014 10:25 PM PDT

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan penyelesaian masalah Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State Iraq Syria/ISIS) maupun gangguan teror manapun harus dilakukan secara menyeluruh dan tepat supaya efektif.

Presiden SBY: Tuntaskan Masalah ISIS Secara Tepat dan Menyeluruh

"Dengan kompleksitas konflik di seluruh dunia, solusi yang hanya menyandarkan pada pendekatan militer saja biasanya tidak akan memperbaiki situasi," kata Presiden saat menyampaikan kuliah umum di hadapan 1.000 kadet Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, Senin siang waktu setempat atau Selasa dini hari waktu Jakarta.

Presiden mengatakan penyelesaian komprehensif yang harus dijalankan antara lain dengan pendekatan politik dan solusi lainnya.

"Misalnya untuk menghadapi tantangan ISIS di Timur Tengah dan aksi terorisme di sudut mana pun di dunia ini, saya percaya bisa dilakukan dengan multi pendekatan," katanya.


Kepala Negara menambahkan "soft power atau kekuatan yang cerdas dalam berbagai bentuk" juga harus digunakan untuk menghadapi kesulitan dan situasi yang rumit.

Ia mencontohkan, ISIS bisa saja dikalahkan secara militer namun upaya itu juga mesti didukung dengan langkah-langkah untuk memastikan generasi mendatang tidak akan menganut paham yang sama.

"Ini bukan hanya tugas dari militer, namun juga tugas politisi, diplomat, pemimpin agama dan juga kalangan masyarakat sipil. Di Indonesia, sebagai contoh, untuk menghadapi terorisme kami melakukan pendekatan deradikalisasi antara lain memberdayakan pemimpin agama untuk melawan pengaruh ekstrim," paparnya.

Presiden menyampaikan kuliah umum yang bertema Peran Militer dalam Dunia yang Berubah atas undangan West Point.

Presiden hadir dalam acara itu didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Komandan United States Military Academy Letnan Jenderal Robert L Caslen Jr, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Ketua Kadin Suryo Bambang Sulisto. (Antara)

Indonesia Pertimbangkan Kembali Tawaran Radar Intai SLR-66 Buatan Tiongkok

Posted: 22 Sep 2014 10:22 PM PDT

Indonesia akan mempertimbangkan kembali tawaran radar intai SLR-66 OTH dari Tiongkok untuk mendukung pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

"Indonesia akan melihat kembali spesifikasi teknis yang dibutuhkan, dalam pengamanan di ALKI, lalu interoperability radar yang ditawarkan itu, dengan sistem patroli maritim yang telah dijalankan Indonesia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada Antara di Beijing, di sela kunjungan ke Tiongkok, 21-23 September 2014.


Indonesia Pertimbangkan Kembali Tawaran Radar Intai SLR-66 Buatan Tiongkok

Indonesia dan Tiongkok, menurut dia, juga akan melihat kembali mekanisme pembiayaan untuk pengadaan radar itu.

"Jadi, masing-masing pihak akan melihat lebih dalam semua hal, yang terkait dengan penawaran radar pengintai tersebut," ujarnya.


Ia mengatakan Indonesia membutuhkan radar intai untuk mengamankan wilayah laut.

Selama ini pengamanan laut dilakukan dengan patroli maritim melalui udara dan menggunakan kapal-kapal patroli TNI Angkatan Laut.

Menteri Pertahanan Purnomo sebelumnya melakukan kunjungan ke CEIEC, perusahaan pertahanan berteknologi tinggi Tiongkok yang menawarkan radar intai.

Presiden CEIEC Qu Huimin mengatakan radar SLR-66 OTH memiliki kemampuan operasi mode aktif dengan daya pantau 280 kilometer dan mode pasif dengan kemampuan pantau 500 kilometer.  (Antara)

Tiongkok Siap Dukung Modernisasi Kekuatan Alutsista TNI

Posted: 22 Sep 2014 10:17 PM PDT

Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mendukung modernisasi sistem pertahanan dan persenjataan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

"Kami siap mendukung militer Indonesia yang kuat, baik personelnya mupun peralatannya," kata Menteri Pertahanan RRT, Jenderal Chang Wanquan, saat melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, di Beijing dalam rangkaian kunjungannya ke Tiongkok 21--23 September 2014.



Indonesia dan Tiongkok telah memiiki hubungan dan kerja sama pertahanan yang baik, dan semakin meningkat pesat dalam lima tahun terakhir dengan beragam bentuk kerja sama yang telah disepakati serta dilakukan.

"Selain kunjungan antara pejabat tinggi kementerian pertahanan, pejabat tinggi militer kedua negara, ada pula pendidikan serta latihan bersama dan industri pertahanan," kata Chang Wanquan.


Kerja sama pendidikan dan latihan memiliki arti penting dan strategis untuk mencetak sumber daya manusia, personel militer yang bewawasan luas dan memiliki kemampuan tempur yang memadai.

"Melalui kerja sama pendidikan dan latihan, kita juga dapat saling melengkapi satu sama lain. Kini makin banyak perwira yang belajar di Indonesia maupun di Tiongkok, dan diharapkan akan terus meningkat dimasa datang," tambahnya.

Di sektor industri pertahanan, lanjut dia, Indonesia dan Tiongkok juga telah menjalin kerja sama yang makin baik. "Saya bahkan yakin banyak cakupan kerja sama industri pertahanan yang dapat dilakukan kedua negara di masa datang," kata dia.

Jadi, tambah dia, Tiongkok komitmen untuk mendukung modernisasi militer Indonesia baik untuk personelnya melalui kerja sama pendidikan dan latihan, maupun sistem pertahanan melalui kerja sama industri pertahanan.

Indonesia dan Tiongkok kini tengah mengembangkan bersama peluru kendali jarak menengah C-705, yang akan digunaka pada kapal-kapal cepat rudal TNI Angkatan Laut baik 40 meter maupun 60 meter.

Menhan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia memiliki ketetapan dalam pengadaan alat utama sistem senjata bagi militernya.

"Bahwa jika kita dapat memproduksi sendiri, kita akan pakai produk dalam negeri, jika tidak bisa kami akan mengadakannya dari luar negeri dengan syarat dalam pembelian itu ada alih teknologi, sehingga ke depan Indonesia akan mampu mengembangkannya secara mandiri," jelas dia.

Indonesia, tegas Menhan Purnomo, adalah negara berdaulat yang tidak ingin hanya bergantung pada satu negara untuk melengkapi atau melakukan modernisasi sistem pertahanan dan persenjataannya. (Antara)

Presiden SBY : Militer Menghadapi Tantangan Yang Berubah

Posted: 22 Sep 2014 10:11 PM PDT

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan militer menghadapi tantangan yang terus berubah seiring perkembangan lingkungan dan teknologi serta sejumlah faktor lainnya.

"Tantangan tidak akan pernah mudah dan sama. Teknologi mengubah strategi dan doktrin militer," kata Presiden Yudhoyono di hadapan 1.000 kadet Akademi Militer Amerika Serikat, West Point, Selasa WIB.


Presiden SBY : Militer Menghadapi Tantangan Yang Berubah

Presiden mengatakan anggota militer saat ini selain harus mempersiapkan diri pada pertempuran konvensional namun juga harus siap menghadapi pertempuran inkonvensional.

Ia mengatakan, perang inkonvensional yang harus dihadapi antara lain operasi anti serangan dan perang melawan terorisme yang lebih sulit dan kompleks.


Para personil militer, tegas dia, kini harus menghadapi musuh yang dipengaruhi oleh ideologi, kepercayaan, militansi, dan persepsi yang hampir berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Itulah yang membuat peperangan masa kini tidak mudah.

Saat yang bersamaan, tambah dia, pembangunan membuat perubahan lingkungan. Hubungan internasional saat ini lebih dinamis dibandingkan sebelumnya, kata Yudhoyono.

"Keberimbangan geopolitik terus berubah. Sejumlah sumber konflik baru timbul adalah kompetisi terkait sumber daya alam, khususnya pangan dan energi," papar Presiden Yudhoyono.

Presiden menyampaikan kuliah umum yang diselenggarakan atas undangan pihak West Point, dengan tema Peran Militer dalam Dunia yang Berubah.

Dalam kuliah umum yang diselenggarakan di Auditorium Robinson, Thayer Hall, West Point tersebut Presiden didampingi oleh Komandan United States Military Academy (USMA) Letnan Jenderal Robert L Caslen Jr, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Ketua Kadin Suryo Bambang Sulisto dan sejumlah pejabat lainnya. (Antara)

Thailand Pesan Pesawat CN235 Buatan PT Dirgantara Indonesia

Posted: 22 Sep 2014 10:03 PM PDT

BUMN produsen pesawat, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) berhasil menjual 1 unit pesawat tipe CN235-220M kepada Thailand, melalui Thai Aviation Industries Co. Ltd (TAI). Pesawat ini akan diserahkan kepada Royal Thai Police.

Thailand Pesan Pesawat CN235 Buatan PT Dirgantara Indonesia

Penandatanganan jual-beli pesawat ini dilakukan oleh Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, dan Air Chief Marshal Weeranan Hansavata, Managing Director of TAI disaksikan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Thailand, Lutfi Rauf. Acara dilakukan di Bangkok, Jumat (19/9/2014).

"Pembelian CN235-220M ini menambah jumlah pesawat tersebut yang terbang di udara Thailand karena sebelumnya 2 (dua) unit CN235 telah digunakan oleh Kementerian Pertanian Thailand," kata Budi Santoso dalam keterangannya, Senin (22/9/2014).


Kontrak pengadaan 1 unit CN 235-220M Multi Purpose tersebut merupakan implementasi dari Industrial Collaboration Agreement antara PTDI dan TAI yang telah ditandatangani pada 4 November 2013 di Bandung. Pesawat CN235-220M ini dapat digunakan sebagai troop transport, VIP, medevac, pax, dan cargo yang kemudian akan dilaksanakan oleh pihak TAI di fasilitas TAI dengan supervisi PTDI sesuai dengan kebutuhan Royal Thai Police.

TAI adalah mitra kerja PTDI untuk menguasai pasar pesawat kecil dan medium di Thailand. TAI juga adalah industri pesawat terbang yang dapat memodifikasi, mengkostumisasi berbagai pesawat termasuk CN235 dan NC212. Nilai kontrak untuk 1 unit pesawat CN235-220M ini sebesar US$ 31,2 juta atau Rp 343 miliar, dengan nomor kontrak 0006/PTD/UT0000/09/2014 tanggal 19 September 2014.

"Penandatanganan kontrak pengadaan dengan TAI ini diharapkan akan menjadi pendorong untuk terjadinya kontrak-kontrak berikutnya dan kami merasa bangga dapat memberikan dukungan terhadap kebutuhan Pemerintah Thailand dan sudah menjadi komitmen kami untuk berupaya keras menyelesaikan pesanan tepat waktu," kata Budi.

Kontrak pembelian oleh Thai Aviation Industries untuk Royal Thai Police akan menambah daftar panjang pengoperasian pesawat CN235 di mancanegara. PTDI sebelumnya telah menyerahkan 1 unit CN235 ini untuk Kerajaan Brunei Darussalam, 8 unit untuk Tentera Udara Diraja Malaysia, 8 unit untuk Angkatan Udara Korea Selatan, 4 unit untuk Polisi Korea Selatan, 4 unit untuk Pakistan, 7 unit untuk Uni Emirat Arab, 1 unit untuk Burkina Faso, dan 2 unit untuk Senegal.



Keistimewaan Pesawat CN235 untuk Thailand  

Menurut keterangan PTDI, Selasa (23/9/2014), berdasarkan kontrak pengadaan dengan TAI, CN235 yang dipesan memiliki beragam fungsi dengan prinsip quick change.

Satu pesawat CN235 ini akan memiliki beberapa paket konfigurasi yaitu untuk penumpang, VIP/VVIP, penerjun, kargo, atau menjadi medical evacuation (ambulan udara).

Selama ini, pesawat CN235 produksi PTDI dikenal sebagai pesawat multi guna (multi purpose). CN235 bisa menjadi pesawat terbang untuk penumpang kargo, paratroop, VIP/VVIP, medical evacuation, Maritime Patrol, Surveillance, bahkan menjadi Rain Maker. Pada umumnya pelanggan hanya memilih satu dari beberapa fungsi tersebut. Namun pesanan dari Thailand berbeda.

Pesawat CN235-220 buatan PTDI pesanan TAI tersebut, dilengkapi pintu depan yang bisa dipakai sebagai tangga untuk VIP/VVIP, dan pintu belakang khusus yang dibuka ke arah dalam dan cukup besar untuk dipakai saat operasi terjun payung.

Sementara ramp door tetap ada sebagai perlengkapan standar untuk keluar masuk barang, yang ukurannya cukup besar atau kendaraan kecil.

Sekilas harga pesawat ini terlihat lebih mahal dari pada pesawat CN235 konfigurasi standar untuk penumpang atau kargo. Akan tetapi, harga lebih tersebut digunakan untuk melengkapi beberapa paket konfigurasi, yaitu untuk konfigurasi penumpang, VIP/VVIP, penerjun, kargo/track dan medical evacuation, yang dapat dipasang bergantian sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan evaluasi TAI, satu pesawat dengan kemampuan untuk berbagai misi dianggap lebih menguntungkan dari pada membeli beberapa pesawat yang masing-masing dengan satu atau dua misi saja. PTDI berharap menerima pesanan lebih banyak lagi pesawat multi guna seperti tersebut di atas.

Nilai kontrak untuk 1 unit pesawat CN235-220M ini sebesar US$ 31,2 juta atau Rp 343 miliar, dengan nomor kontrak 0006/PTD/UT0000/09/2014 tanggal 19 September 2014.

Kontrak pembelian oleh Thai Aviation Industries untuk Royal Thai Police akan menambah daftar panjang pengoperasian pesawat CN235 di mancanegara.


 (Detik)

No comments