Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


CIA Ungkap Rekayasa Pembuatan Video Porno Soekarno dan Pramugari Rusia

Posted: 11 Sep 2014 09:06 AM PDT

Sebuah laporan mengungkap sepak terjang agen intelijen Amerika Serikat (CIA) yang membuat video porno presiden pertama Indonesia, Soekarno dengan pramugari cantik Uni Soviet—yang kini bernama Rusia.

CIA Ungkap Rekayasa Pembuatan Video Porno Soekarno dan Pramugari Rusia
CIA pernah membuat video porno Soekarno dan pramugari Rusia yang ternyata dibintangi aktor lain yang mirip Soekarno
Caranya, CIA merekayasa foto-foto Soekarno dan foto pramugari Soviet yang juga agen intelijen itu. Kisah sepak terjang CIA dalam menghadapi Soekarno itu muncul dalam situs kritik sejarah dan kebijakan luar negeri AS, williamblum.org.

Sumber laporan itu berasal dari berbagai pihak, salah satunya dari tulisan petinggi militer AS tahun 1960, Kolonel Truman Smith. Rekasaya video porno dan pramugari Rusia itu dibuat untuk menguatkan karakter Soekarno yang dianggap presiden Flamboyan, yang kala itu sangat "mesra" dengan Soviet.
 


Ide pembuatan video porno ala CIA itu muncul, ketika pramugari cantik berambut pirang itu naik pesawat bersama Sukarno dalam perjalanan ke Uni Soviet. Pramugari yang tidak diungkap identitasnya itu, juga pernah terbang ke Indonesia, yang kala itu menyertai Presiden Soviet, Kliment Voroshilov.

CIA kemudian membuat laporan, bahwa Soekarno terlibat skandal dengan pramugari yang memang seorang agen yang dijadikan alat untuk menjebak Soekarno. Laporan itu menyebut, Soekarno menyerah pada kontrol Soviet.

"Ini membentuk dasar (cerita) dari penerbangan mewah itu," tulis Smith. "Kami sebenarnya memiliki cerita yang cukup sukses dengan tema ini. Itu muncul di media di seluruh dunia, dan ketika Round Table, media triwulanan Inggris pada edisi Maret 1958, menganalisis pemberontakan Indonesia. Soekarno ditulis telah diperas oleh mata-mata perempuan Soviet sebagai salah satu alasan yang menyebabkan pemberontakan."

Laporan itu kemudian menginspirasi petugas CIA di Washington untukmembuat film porno, dengan modal beberapa foto Soekarno dan gadis Rusia yang disebut-sebut favorit Soekarno itu.

Ketika sensor film porno (oleh Kepala Kepolisian Los Angeles) gagal, muncul beberapa gambar yang seolah-olah itu adalah Soekarno. Salah satu cirinya, berkepala botak dan agak gelap. Sedangkan di wanita Rusia berparas cantik dan berambut pirang.

CIA yang tak puas dengan hasil film itu, akhirnya memproduksi film sendiri. Mereka membayar sejumlah aktor film porno yang mengenakan masker wajah mirip Soekarno yang didatangkan dari Indonesia.

Film untuk menjatuhkan citra Soekarno itu diproduksi untuk CIA oleh mantan agen FBI Robert Maheu, dan Howard Hughes. Film ini dibintangi Maheu seorang aktor yang mirip Soekarno. Namun, nasib akhir dari film, yang berjudul "Happy Days", itu belum dilaporkan.


Sumber : SindoNews

Ingin Jadi Jadi Poros Maritim Indonesia Harus Miliki Armada Perang Yang Tangguh

Posted: 11 Sep 2014 08:46 AM PDT

Apa saja anasir yang diperlukan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia? Itulah salah satu yang jadi pembahasan focus group discussion Badan Koordinasi Keamanan Laut yang dimoderatori Konsultan Komunikasi Bakorkamla AM Putut Prabantoro.

Ingin Jadi Jadi Poros Maritim Indonesia Harus Miliki Armada Perang Yang Tangguh
Kapal Republik Indonesia (KRI) Bung Tomo-357 tiba di Dermaga Pelabuhan Belawan

Mengangkat tema 'Penjaga Poros Maritim dengan Sistem Deteksi Dini' di Batam, Rabu (10/9/2014), Putut mempertanyakan apa itu penjaga? Apa itu sistem deteksi dini? Pertanyaan ini sekaligus ingin meneguhkan bagaimana peran Bakorkamla menjadi bagian dalam doktrin poros maritim dunia.

Mengawali acara, Kalakhar Bakorkamla Laksdya Desi Albert Mamahit menyampaikan Indonesia dengan dua pertiga luas wilayahnya lautan, harus memperlakukan khusus berkaitan dengan keamanan laut dalam konteks concert of civilization.


"Untuk mewujudkan negara maritim besar dan menjadikan poros maritim dunia, Indonesia wajib mewujudkan laut aman dari ancaman pelanggaran wilayah dari pihak luar, aman dari bahaya navigasi pelayaran, aman dari eksploitasi ilehal sumber daya alam serta pencemaran lingkungan, dan aman dari tindakan pelanggaran hukum," ujarnya.

Unsur dukungan berupa armada niaga, armada kedinasan (Bakamla), armada logistik (poros laut), armada angkatan laut, serta angkatan pekerja maritim, dipercaya mampu memperkuat sektor kelautan menuju penguatan poros maritim yang terkoneksi secara terpadu.

Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Edy Prasetyono menilai untuk menjadi poros maritim dunia, Indonesia salah satunya harus menjadi referensi dunia maritim, budaya dan ilmu pengetahuannya.

Ia menyayangkan, saat ini sangat sedikit sekali sarja HI kelautan yang dimiliki oleh Indonesia. Edy tak menyangkal jika orang-orang yang berbicara soal kedaulatan kelautan itu-itu saja. Salah satu yang ia sebutkan adalah Hasyim Djalal.

"Hal lainnya adalah pada kewajiban adanya pengembangan lebih besar. Paling tidak ada armada perang. Dari mana mau jadi poros maritim dunia tanpa ada armada perang," ungkap Edy.

Ia menggarisbawahi armada perang di laut memang tidak bisa dibangun dalam hitungan pendek, bisa lima sampai 10 tahun. Karena tidak ada negara ekonomi maju tanpa penguatan armada maritim yang tidak memiliki armada perang.

Pembangunan armada perang adalah membangun sistem sehingga butuh waktu lama. Minimal, untuk merealisasikan itu Indonesia setidaknya butuh anggaran pertahanan sampai dua persen dari produk domestik bruto.

"Memang syarat menjadi poros maritim luar biasa berat. Tapi setidaknya pemerintahan Jokowi-JK akan menjadikan landasan ke depannya. Dan posisi Bakamla (perubahan dari Bakorkamla nanti) bukan pada karakter keamanan sempit saja," terangnya.

Menurut Edy, posisi Bakorkamla yang sedang berjuang menjadi Bakamla tak cukup hanya pengamanan laut. Karena karakter laut Indonesia berbeda. "Aspek keamanan akan selalu berhimpitan dengan pertahanan. Maka Indonesia harus memperlakukan laut secara spesial," ungkapnya.  (Tribun)

Konflik Laut Cina Selatan Berpengaruh Terhadap Indonesia

Posted: 11 Sep 2014 08:43 AM PDT

Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Laksda Desi Albert Mamahit mengingatkan, Indonesia harus siap diri menghadapi manuver pengancam kedaulatan NKRI bukan saja di darat tapi pada saatnya berimbas pada keamanan laut.

Konflik Laut Cina Selatan Berpengaruh Terhadap Indonesia
Kalakhar Bakorkamla Laksda Desi Albert Mamahit (kanan)

Ia mencontohkan bagaimana konflik Laut Cina Selatan telah menghadirkan kompetisi antarbangsa, yang cenderung mengarah pada perebutan pengaruh. Persaingan ini tak sebatas global tapi juga regional kawasan ASEAN dan nasional.

Konflik Laut Cina Selatan adalah konflik klaim wilayah tumpang tindih antara beberapa negara ASEAN dengan Tiongkok dan Taiwan. Klaim kepemilikan Tiongkok atas kepulauan Paracell dan Spratly. Negara ASEAN seperti Vietnam mengklaim Paracell dan sekitarnya. Sedangkan Brunei, Filipina dan Malaysia mengklaim Spratly dan sekitarnya.


"Ini menjadi rumit negara ASEAN yang terlibat konflik dengan Tiongkok. Pun menjadi susah menyatukan suara dan kekuatannya meski solidaritas ASEAN selalu didengungkan," ujar Mamahit dalam FGD menyoal 'Penjaga Maritim dengan Sistem Deteksi Dini' di Batam, Rabu (10/9/2014).

Indonesia jauh dari wilayah yang diklaim. Tapi di sekitar kepulauan Natuna milik Indonesia berdekatan dengan lokasi konflik yang tak masuk klaim Tiongkok. Ini masih diperdebatkan karena Tiongkok belum jelas mengklaim tentang laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di sekitar kepulauan Natuna.

"Apapun itu jelas merupakan sebuah potensi ancaman nyata bagi Indonesia. Cepat atau lambat, mau tidak mau, Indonesia akan terkena dampak konflik Laut Cina Selatan baik langsung maupun tidak langsung," terang Mamahit.

Sementara laut yang merupakan dua pertiga wilayah Indonesia ke depan diproyeksikan sebagai sumber kesejahteraan masyarakat, yang selama ini belum digarap maksimal. Sehingga mensinergikan keamanan dan kesejahteraan sebuah keharusan. (Tribun)

Ilham Habibie Tak Khawatir Pesawat R80 Bersaing dengan N219

Posted: 11 Sep 2014 02:50 AM PDT

Proyek pembuatan pesawat R80 yang digagas oleh BJ Habibie dan anaknya Ilham Habibie melalui PT Regio Aviasi Industri, akan dikerjakan dengan kerjasama PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Ilham Habibie Tak Khawatir Pesawat R80 Bersaing dengan N219
Ilham Habibie

Meski PTDI kini tengah mengerjakan sejumlah proyek pesawat lainnya seperti N219, RAI tak khawatir keduanya akan menjadi saingan.

"Kalau sampai overlap sih sepertinya kecil ya. Karena antara N219 dan R80 ini kan berbeda. Segi teknologi berbeda," ujar Komisaris RAI Ilham Habibie pada wartawan, usai pertemuan dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Pakuan, Jalan Otto Iskandardinata, Bandung, Rabu (10/9/2014).


Ia menyebutkan, beberapa perbedaan antara N219 dan R80 yang akan dijualnya itu. "R80 terbang sampai di ketinggian 25 ribu kaki. Di ketinggian tersebut tekanan udara masih bisa diatur," katanya.

Dari sisi prosesnya pun menurut Ilham, antara N219 dan R80 tidak berbarengan, sehingga bisa dikerjakan tanpa saling mengganggu. "N219 sudah sangat intensif dan sebentar lagi asuk proses akhir desain. Sangat dimungkinkan dua-duanya dilakukan sekaligus," tutur Ilham.


3 Maskapai Tertarik Pesan 145 Unit R80 Buatan Habibie


Meski belum selesai dibuat, namun peminat pesawat R80 yang dirancang mantan presiden BJ Habibie sudah cukup banyak.

Ilham Habibie, Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang juga anak dari BJ Habibie menyebut, sudah ada pesanan sebanyak 145 unit R80 dari 3 maskapai.

Hal itu diungkapkan Ilham pada wartawan usai peremuan dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Pakuan, Jalan Otto Iskandardinata, Bandung, Rabu (10/9/2014).

"Dari 7 maskapai, sudah 3 yang menandatangani LoI (Letter of Intent), bahwa mereka akan membeli pesawat sebanyak 145 unit," ujar Ilham. Ia menyebut, dua dari tiga maskapai tersebut yaitu Nam Air dan Kalstar.

Selain yang sudah menyatakan ketertarikannya pada R80, Ilham mengatakanm nantinya akan lebih banyak lagi kebutuhan pesawat sejenis R80.

"Dengan kondisi bandara yang ada, sulit untuk menambah jadwal penerbangan. Maka membeli pesawat dengan kapasitas lebih besar adalah jalan keluarnya," katanya.

R80 yang disebut pesawat generasi penerus N250 ini punya kapasitas seat 80-90, sementara N250 sebelumnya berkapasitas 50-60 seat. (Detik)

Lapan 'Curi Ilmu' dari Organisasi Antariksa Asia Pasifik

Posted: 11 Sep 2014 02:41 AM PDT

Lapan 'Curi Ilmu' dari Organisasi Antariksa Asia Pasifik

Teknologi keantariksaan sudah menjadi tren di berbagai negara. Mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan di bidang ini, termasuk Indonesia.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pun tak ingin tinggal diam melihat tren global ini. Bersama organisasi keantariksaan Asia Pasifik-- Asia-Pasific Space Cooperation Organization (APSCO)-- Lapan menyelenggarakan International Training Course on Global Navigation Satellite System (GNSS) Technology and its Application di All Sedayu Hotel Jakarta, dari 26 Agustus-3 September 2014. Melalui pelatihan tersebut, diharapkan para ilmuwan dan peminat antariksa bisa saling bertukar ilmu, khususnya sistem navigasi satelit global.


"Kerja sama pelatihan ini meliputi semua aspek keantariksaan, khususnya di sistem navigasi satelit global beserta teknologi dan pemanfaatannya," ujar Kepala Lapan Thomas Djamaluddin saat konferensi pers di All Sedayu Jakarta, Selasa 26 Agustus 2014.
Teknologi keantariksaan sangat bermanfaat untuk berbagai kegiatan, seperti penginderaan jauh terkait mitigasi bencana. "Terkait teknologi untuk satelit itu mudah, aeronautika lumayan, roket itu yang sulit. Diharapkan melalui kerja sama dengan APSCO, kita bisa mengembangkannya," ungkapnya.

Menurut Thomas, pelatihan ini akan mengkaji mengenai proses dan teknis ketika satelit harus dikirim ke antariksa. Tidak hanya terkait dengan wahana yang disematkan di ujung roket, tapi juga mengenai jalur atau lintasan terbang, serta bagaimana mengimplementasikan penghematan.

Ketika ditanya seberapa lama kerja sama Lapan dengan APSCO, Thomas mengungkapkan hal ini merupakan seperti paguyuban saja. "Begitu juga dengan budget, tidak ada budget khusus untuk kerja sama ini," kata dia.

Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai negara anggota APSCO yaitu Bangladesh, Tiongkok, Iran, Mongolia, Pakistan, Peru, Thailand, dan Turki. Sedangkan dari Indonesia ada 13 orang yang mewakili Lapan, BIG, BMKG, Kementerian Perhubungan, UI, ITB, IPB, dan Kementerian Pertahanan.

"Bagi Indonesia ini tidak hanya soal aspek teknologi tapi juga sains. Dimana nantinya perwakilan ini mempunyai bekal yang mumpuni, seperti navigasi yang bisa diterapkan menurut bidang pekerjaan masing-masing," kata Agus Hidayat Kepala Biro Kerjasama dan Humas Lapan, ditemui pada kesempatan yang sama. (VivaNews)

Dua Anggota Korps Marinir TNI AL Dianugerahi Label Godzilla Saat Rimpac 2014

Posted: 11 Sep 2014 02:38 AM PDT

Latihan Bersama Multilateral Rim of The Pacific (RIMPAC) 2014 yang berlangsung dari 26 Juni 2014 hingga 1 Agustus 2014 di Hawaii, Amerika Serikat, membawa catatan manis bagi Korps Marinir TNI AL. Sebanyak 226 personel yang dikirim di bawah pimpinan Mayor (Mar) Briand Iwan Prang, menorehkan segudang prestasi selama latihan berlangsung.

"Tentara kita yang terlihat kecil dan seakan-akan tidak mampu dalam mengikuti latihan RIMPAC 2014, tetapi terbukti bahwa kita bukan tentara yunior. Tentara kita dipercaya untuk mengawaki kompi latihan selama RIMPAC berlangsung," kata Briand saat ditemui JMOL sehabis pulang dari Hawaii beberapa waktu lalu.

Menurutnya, itu sudah menjadi tradisi bagi Marinir TNI AL sejak pelatihan ini diselenggarakan. Setiap dihelat sejak 2008, Marinir TNI AL selalu menjadi yang terbaik.


"Dua anggota kita, yaitu Serka (Mar) Riyanto Pane dan Kopda (Mar) Subiyanto menerima penghargaan berupa tradisi label prajurit tertangguh. Menurut tradisi di US Marine, label itu berlambang Godzilla," ujarnya.

Label bergambar hewan dinosaurus (Godzilla) itu melambangkan ketangguhan, keperkasaan, dan kekuatan. Pemberian label telah menjadi tradisi bagi US Marine setiap mengadakan pelatihan untuk peserta latihan yang dianggap tertangguh selama pelatihan berlangsung.

"Ada lagi yang membuat kagum tentara negara lain, yaitu saat latihan, tentara kita tengah menjalankan ibadah puasa. Ini yang membuat mereka kaget, betapa tangguhnya tentara kita," pungkasnya.

Selama kurang lebih 37 hari, latihan RIMPAC berlangsung. Korps Marinir TNI AL dipusatkan di Kaniohe Bay (Marine Corps Base Hawaii).

Porsi latihan yang diberikan antara lain non-Combatant Evacuation Operation (NEO), Fire Support Coordinatio Exercise (FSCEX), Combine Marksman Program (Live Fire), Operasi Amfibi/Transition MAGTF C2Ashore, Support Experimentation, Command Post Exercise (CPX), AAV Integration Exercise, Parameters in Raid Combat mechanical and Cooperation Infantry tank Exercise, Small Arms Shoot, Main Battery Shoot, Interoperability with Coalition Force, Amphibious Raids Cooperation, Night Helicopter Deck Landing, Combine Marksman Program, Transition MAGTF C2 Ashore dan Support Exsperimentation, dan Command Post Exercise (CPX). (JMOL)

Prajurit Kopassus Cantik ini Miliki Prestasi di Terjun Payung

Posted: 11 Sep 2014 02:25 AM PDT

Tak semua prajurit Kopassus bertampang gahar. Ada juga yang cantik dan ramah seperti Serda Dessy Alvionita (22). Perempuan asal Kutai Barat, Kaltim ini sudah 3 tahun mengabdi di Kopassus dan dia kini memiliki pretasi di bidang terjun payung.

Serda Dessy Alvionita

"Pertandingan military parasuting championship di China tahun 2013 mendapat peringkat ke 5 dari 42 negara. Rekor 375 penerjunan dan paling tinggi 10 ribu feet," terang Dessy saat ditemui di Mabes TNI Cilangkap, Senin (21/4/2014).

Dessy merupakan salah satu penerjun perempuan yang beraksi di hari Kartini dan ulang tahun wanita TNI. Dengan mulus Dessy mendarat di lokasi yang ditetapkan. Berseragam lengkap, Dessy dengan ramah melayani perkenalan dan bercakap-cakap.


"Saya merasa sangat bangga melakukan penerjunan dalam rangka hari Kartini dan ulang tahun Wanita TNI. Ini juga tidak terlepas dari perjuangan dari Ibu Kartini yang mengangkat derajat wanita. Berkat jasanya, cewek juga bisa menempati kedudukan tinggi," terang Dessy anak ketiga dari tiga bersaudara ini.

Dessy mengaku dirinya masih mempunyai cita-cita dan harapan yang tinggi. Dia ingin membuat bangga kesatuannya dan juga negara Indonesia. "Menjadi penerjun yang awet, handal. Dapat membuat bangga kesatuan, negara, dan untuk diri sendiri," terang Dessy yang masih single ini.

"Sebagai penerjun saya merasa enak dan seru walaupun awalnya takut. Tapi kita harus bisa mengatasi rasa ketakutan itu," tambah dia lagi.

Tidak mudah menjadi seorang penerjun, ada latihan khusus yang dijalani. Dessy digembleng seniornya dengan ketat di Batu Jajar. "Melaksanakan pendidikan TBM (terjun bebas militer) 1,5 bulan di Batu Jajar. Tapi nggak semua jadi atlit. Ada yang direkrut untuk training center, PTPAD (persatuan terjun payung Angkatan Darat). Apabila ada pertandingan diseleksi terlebih dahulu," jelas dia.

"Selama jadi penerjun puji Tuhan belum pernah mengalami cidera yang ekstrem, kalau ankle sih pernah," tutup dia. (TNI AD)

Josaphat Sang Profesor Ahli Radar dan Drone yang Berjaya di Negri Sakura [Bagian 2]

Posted: 11 Sep 2014 02:15 AM PDT



Pengembangan Drone atau UAV Seri JX

Suatu saat saya memikirkan cara untuk menguji radar saya,yaitu memasangnya di badan pesawat. Kemudian saya coba diskusi dengan beberapa perusahaan pesawat dan mendapatkan jawaban yang hampir sama, yaitu memasang radar perlu mengubah atau memodifikasi badan pesawat. Modifikasi ini perlu dana sebesar 200 juta yen atau sekitar 20M rupiah. Bagi sebuah laboratorium yang baru memulai kariernya, nilai ini sangatlah besar sekali, kemudian saya balik pikiran daripada memberi dana sebesar itu ke orang lain, lebih baik membuat pesawat atau pesawat tanpa awak (drone/UAV) sendiri. Akhirnya saya pilih membuat pesawat tanpa awak sendiri. Hanya permasalahannya adalah frekuensi yang dipakai oleh synthetic aperture radar (SAR) yang saya buat saat itu adalah L band yaitu 1.27 GHz dengan panjang gelombang sekitar 24 cm. Sehingga memerlukan antenna yang cukup panjang, biasanya 10 lambda atau 2.4 m. 


Agar antenna tersebut dapat dimuat oleh drone, maka bersama anak saya yang masih berumur 4 tahun memikirkan bentuk yang memungkinkan. Agar SAR sensor tidak terlihat dari luar saat mengoperasikan, maka drone dipilih bentuk dimana antenna dipasang didalamnya. Agar gelombang electromagnet yang dipancarkan oleh radar dapat tembus dan terhantar dengan baik, maka bahan untuk badan pesawatpun dipilih campuran kayu balsa dan fiber plastic sehingga diperoleh dielectric constact sekitar 1.3 yang mendekati udara. Akhirnya saya pilih badan drone atau UAV sekitar 5-6 meter dan rentang saya 6 meter untuk menyangga seluruh beban sensor yang akan dibawa. UAV ini diberi nama Josaphat Laboratory Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX), dimana UAV pertama diberi nama JX-1.

Saat itu saya ingin mencoba untuk membantu perusahaan Indonesia untuk ikut mengembangkan UAV saya. Pada saat mengajar ke beberapa Universitas dan instansi penelitian di Indonesia, saya tawarkan pula ke beberapa perusahaan Indonesia. Maksud saya untuk menggerakkan perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, khususnya di bidang UAV. Ada beberapa perusahaan yang menyanggupi, walau mereka belum punya pengalaman membuat UAV dengan rentang sayap 6m, kemudian saya pilih satu diantara mereka. Kemudian perlu dipikirkan perusahaan perantara atau pengimport di Jepang, kalau masalah ini tidak terlalu sulit, karena saya sering memasukkan perangkat sensitive untuk radar, UAV dan satelit, cukup berpengalaman. Saat itu saya minta pembuat UAV di Indonesia untuk dapat dilakukan taxing test dan uji terbang pula, sebelum dibawa ke Jepang. Walau akhirnya taxing test dan uji terbang tidak dilakukan oleh perusahaan Indonesia karena mereka belum berpengalaman dalam hal ini. Jujur saat itu saya sangat kecewa, karena bila di Jepang, apa yang kita katakan ke client, maka itu yang harus dilakukan.

anak saya saat memikirkan bentuk yang cocok untuk misi remote sensing

Pembuatan UAVpun terlambat beberapa bulan dan melampaui batas tahun fiscal yang membuat kami kelabakan. Setelah beberapa cara, akhirnya dapat terlewati proses administrasi. Akhirnya UAV dari Indonesia tiba pada tanggal 4 Februari 2011. Setelah kami bongkar bersama rekan-rekan dari Lembaga Antariksa Jepang (JAXA), ternyata produk Indonesia banyak ditemukan jaringan kabel sistem kontrol penerbangan yang tidak tertata rapi, dimana ada konektor yang female-female dll. Jaringan servo motorpun kurang memperhatikan segi keamanan, khususnya kalau diterbangkan di wilayah Jepang. Sistem control ban depan tidak ada dll. Akhirnya jaringan sistem control penerbangan dari Indonesia kami buang semua dan diganti berikut merapikan seluruh sistem didalamnya. Kita tambahkan fungsi flap di sayap utama, berikut memperkuat dan menambah jumlah servo motor di semua sayap, baik sayap utama maupun ekor.

Setelah kami perbaiki dan diskusikan dengan rekan-rekan JAXA dan pilotnya, serta kita simpulkan aman untuk uji mesin, taxing dan terbang,maka kami coba untuk test awal di Lapangan terbang untuk pesawat kecil, Otone Airfield di propinsi Ibaraki pada tanggal 1 November 2011. Bersama mahasiswa dan staff kami yang berjumlah 22 orang, kami bawa UAV ke Otone Airport. Setelah kita lakukan perakitan seluruh pesawat kami, siaplah uji mesin UAV kami. Saat itu kami tersadarkan bahwa baling-baling yang dikirim dari Indonesia bersama UAV kami adalah puller propeller, atau propeller untuk menarik badan pesawat. Sedangkan UAV kami perlu pusher propeller, karena mesin ada di belakang badan UAV. Langsung saya hubungi perusahaan Indonesia untuk menerangkan kondisi ini dan minta diusahakan secepatnya untuk mendapatkan propeller yang tepat. Suatu hal yang sangat sembrono bila terjadi hal demikian di Jepang dan biasanya berpengaruh pada kepercayaan dalam hubungan bisnis di Jepang. Setelah beberapa minggu, akhirnya pusher propeller tiba dan kami siapkan uji mesin dan taxing lagi di Fujikawa Airfield.



Uji terbang kedua pada tanggal 7 Juni 2012 diadakan dilapangan terbang Fujikawa Airfield, propinsi Shizuoka, 3 jam naik mobil dari Chiba. Uji terbang kali ini harus berhasil dan mengejar ketertinggalan waktu 6 bulan yang telah terbuang karena salah propeller. Manual menerbangkan pesawat tanpa awak dengan rentang saya 6 m tidak bisa kita temukan di dalam buku atau referensi lainnya, maka perlu kita buat manualnya tersendiri. Lewat beberapa diskusi,maka ditetapkan beberapa uji dasar, yaitu uji navigasi, uji mesin, uji control ban depan dan rem atau taxing, uji lari hingga kecepatan lebih dari 120 km/jam, uji take off, uji terbang rendah, uji terbang, uji/simulasi landing atau pendaratan dengan terbang rendah, uji pendaratan, uji rem dan taxing setelah pendaratan. Seluruh ujian kami rekam informasi lokasi, ketinggian dll menggunakan IMU, gyro dan GPS kami. Pada tanggal 7 Juni 2012, semua ujian sesuai manual yang kami buat dijalankan dengan baik. Berbagai factor cuaca termasuk kecepatan angin dll, juga kami pertimbangkan saat itu, dan uji terbang pertama JX-1 berhasil dengan baik.



Berdasarkan pengalaman dan maksud baik untuk Indonesia selama ini, tetapi jauh dari harapan, baik kepercayaan, waktu, pelayanan purna pengadaan, kelengkapan, keamanan dll, maka pengembangan JX-2 dan berikutnya dilakukan bersama JAXA dan beberapa perusahaan di Jepang yang lebih mengedepankan kepercayaan, pelayanan, keamanan dll.




Microsatellites Seri GAIA "TANAH AIR"

Sejak tahun 2007 saya membuat Komisi Pengembangan CP-SAR sensor untuk microsatellite. Hampir ratusan usulan saya buat ke pemerintah Jepang dan pemerintah lain, akhirnya pada tahun 2011 setelah mendapat dukungandari Chiba University, wartawan, pengusaha, organisasi dan senator di Parliament Jepang, maka pengembangan CP-SAR onboard Microsatellite didanai 360 juta Yen atau sekitar 36M rupiah oleh Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang. Saya sangat berterimakasih sekali kepada sahabat-sahabat Jepang yang selama ini membantu untuk merealisasikan cita-cita saya sejak kecil, yaitu pengembangan radar berikut satelit yang saya beri nama GAIA atau "Tanah Air". Saya beri nama"Tanah Air" karena selama ini hanya cemoohan pesimis dari banyak orang Indonesia, bahkan rekan-rekan LPND hingga saya meninggalkan Indonesia pada tahun 1998. Sejak saat itu dalam diri saya hanya terpikir untuk membuat sesuatu yang tidak bisa dibuat oleh pemerintah dan orang Indonesia, dan saya ingin kontribusikan diri untuk dunia. Radar, drone dan microsatellite ini adalah kristal dari usaha dan hidup saya selama ini untuk dunia, serta Indonesia, serta ingin tunjukkan bahwa orang Indonesia tidaklah serendah apa yang dipikirkan oleh kebanyakan orang Indonesia sendiri. Mudah-mudahan sesuai rencana atas bantuan pemerintah Jepang, tahun 2016-2017 nanti Tanah Air – I akan meluncur bersama satelit GCOM-C milik JAXA menggunakan roket H-II.

Bus sistem microsatellite yang digunakan oleh Tanah Air – I merupakan bus sistem dasar yang akan digunakan pula untuk microsatellite lainnya yang dikembangkan oleh Josaphat Laboratorium. Selama berkarya di Jepang hingga pensiun pada tahun 2035 nanti, mudah-mudahan 6 unit microsatellite akan saya luncurkan untuk berbagai misi ruang angkasa. Teknologi ruang angkasa ini juga akan diaplikasi untuk pengembangan Stratosphere Drone yang dikembangkan untuk Indonesia, Taiwan dan Jepang saat ini.

Pengembangan CP-SAR untuk microsatellite pertama adalah bersama LAPAN untuk microsatellite bernama LAPAN-A5. Pengembangan ini mudah-mudahan dapat menjadi kontribusi saya untuk Indonesia. Bersamaan pengembangan microsatellite ini, saat ini saya bantu pengembangan pengembangan SAR onboard microsatellite untuk ISAS JAXA, Ajou University & KARI-Korea, NSPO-NARLTaiwan, Fudan University-China dan MMU Malaysia. Mudah-mudahan sensor yang dikembangkan ini dapat menyatukan negara-negara di dunia, khususnya wilayah Asia.


Road Map Satelit Lapan

Untuk mendukung program microsatellite yang berpayload 50 hingga 100 kg, maka dibangun ground station (seri Josaphat Laboratory ground station – JG). Ground station pertama dibangun di fasilitas Josaphat Laboratorydalam CEReS Chiba University yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho MEXT) sebesar 70 juta yen atau 7M rupiah. Dukungan ini memperkuat kemampuan kami di bidang eksplorasi ruang angkasa nantinya. JG-1 ini rencana akan selesai December 2014 tepat hari Natal, sehingga dapat menjadi bingkisan tahun baru kami. Kerjasama dengan NSPO Taiwan menghasilkan jaringan ground station di dunia, sehingga kami dapat mengakses satelit kami near realtime, kurang dari 30 menit, sehingga data satelit kami dapat digunakan untuk memprediksi gempa dan cuaca lebih akurat nantinya.

Prof. Josaphat TetukoSri Sumantyo

http://www2.cr.chiba-u.jp/jmrsl/


JKGR

No comments