Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Pelantikan Jokowi, 23 Personel Khusus Jaga Perbatasan Jakarta

Posted: 16 Oct 2014 08:12 PM PDT

Jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla, aparat gabungan TNI Polri mulai bersiap melakukan serangkain prosedur pengamanan.

Tak hanya di ibu kota, di Depok Jawa Barat pun berbagai persiapan terkait pengamanan juga mulai dilakukan kepolisian setempat. Ini mengingat Depok adalah salah satu kota yang strategis lantaran bersinggungan langsung dengan Jakarta.


Pelantikan Jokowi, 23 Personel Khusus Jaga Perbatasan Jakarta

Dengan keterampilan dan keahlian khusus, Polresta Depok menyiapkan 23 personelnya yang disiagakan di sejumlah wilayah pinggiran atau perbatasan Depok-Jakarta hingga Bekasi dan Bogor.

Tim khusus ini, tak hanya piawai dalam menggunakan senjata namun juga memiliki kemampuan untuk melakukan pertarungan jarak dekat.


"Timsus yang kita bentuk dibekali keahlian khusus dalam menghadapi pelaku kejahatan jika terjadi perlawanan. Selain itu dipersenjatai dengan jenis  senjata laras panjang SS1, flash bool pemecah massa dan kemampuan untuk bertarung jarak dekat," kata Kabag Ops Polresta Depok, Kompol Tri Yulianto pada VIVAnews, Jumat 17 Oktober 2014.

23 Personel timsus yang terdiri dari anggota Serse, Intel dan Sabara itu dipimpin oleh Wakasat Sabara Polresta Depok, AKP Ahmad Yani. Dengan Komandan Tim (Dantim), IPDA Agus Winam, 23 pasukan elite Polresta Depok ini diharapkan juga mampu menekan aksi kejahatan lainnya seperti pencurian dengan kekerasan.

Dengan dilengkapi seragam khusus, mengenakan helm taktis, rompi peluru dan body protek vass siku, mereka juga akan melakukan patroli ke sejumlah titik rawan.

"Supaya tidak terjadi yang tidak diinginkan terhadap anggota di lapangan, sudah kami persiapkan keamanan lengkap mulai dari senjata dan pengamanan diri. Tujuan pembentukan timsus juga untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dalam mengurangi aksi kriminalitas," jelas Tri.

"Kasus masih kami dalami. Sejumlah saksi sudah kami mintai keterangan," kata Johan. (VivaNews)

Panglima TNI Lepas Pasukan Perdamaian ke Lebanon

Posted: 16 Oct 2014 07:45 PM PDT

Panglima TNI Jenderal Moeldoko melepas keberangkatan Satgas Maritime Task Force Kontingen Garuda XXVIII-G/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Panglima TNI Lepas Pasukan Perdamaian ke Lebanon
Panglima TNI Jenderal Moeldoko melepas keberangkatan Satgas Maritime Task Force Kontingen Garuda XXVIII-G/UNIFIL.(Ilustrasi/SINDOnews).
Satgas MTF Konga XXVIII-G/UNIFIL pimpinan Letkol Laut (P) I Gung Putu Alit Jaya ini berkekuatan 100 personel TNI AL, terdiri dari 88 personel awak kapal perang, pilot dan tujuh personel kru Heli, perwira kesehatan, Kopaska, penyelam dan perwira intelijen serta perwira penerangan masing-masing satu orang.

Dalam sambutannya, Moeldoko mengatakan, misi ini merupakan misi ketuju bagi Indonesia, setelah Dewan Keamanan PBB memperpanjang mandat tugas UNIFIL hingga 31 Agustus 2015. Mandat itu berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2172 tahun 2014.


"Resolusi tersebut mendorong negara anggota PBB untuk meningkatkan kemampuan Tentara Nasional Lebanon dan menegaskan pembentukan zona bebas senjata di Lebanon Selatan," kata Moeldoko di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (16/10/2014).

Moeldoko berpesan, prajurit yang sedang melaksanakan tugas operasi di lapangan harus selalu membekali diri dengan pengetahuan terkait role of engagement yang terkait dengan otoritas UNIFIL.

Peraturan itu, kata dia berguna untuk mengambil tindakan yang diperlukan di daerah operasi dan menghindari kerugian personel dan materil.

"Pahami aturan pelibatan, komando dan kendali komando CTF-448 guna menghindari kesalahpahaman antar unit tugas," kata Moeldoko. (Sindo)

Tank Amfibi Marinir Kena Ranjau Darat Saat Evakuasi Korban

Posted: 16 Oct 2014 07:43 PM PDT

Kendaraan tempur (ranpur) Amfibi Korps Marinir TNI AL LVT-7A1 terkena ranjau darat saat mengevakuasi korban di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya.

Sebelumnya, Ranpur LVT-7A1 sedang dalam perjalanan mengevakuasi seorang prajurit Korps Marinir TNI AL yang mengalami luka tembak. Di tengah perjalanan, kendaraan tempur Korps Marinir TNI AL tersebut terkena ranjau darat sehingga tidak dapat meneruskan perjalanan.


Tank Amfibi Marinir Kena Ranjau Darat Saat Evakuasi Korban
Kendaraan tempur (ranpur) Amfibi Korps Marinir TNI AL LVT-7A1 terkena ranjau darat saat mengevakuasi korban di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya. (Istimewa)

Setelah koordinasi dengan satuan atas, datanglah bantuan satu buah Heli Bell dari Pusat Penerbangan TNI AL yang membawa prajurit Taifib-1 Marinir untuk melaksanakan evakuasi korban yang berada di LVT-7A1. Dengan seutas tali, prajurit Taifib-1 Marinir berhasil membawa naik prajurit yang luka tembak dari dalam LVT-7A1 ke Heli Bell, kemudian heli terbang membawa prajurit yang luka menuju RSAL Dr. Ramelan Surabaya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.


Kejadian tersebut merupakan sebagian dari skenario evakuasi medis di medan pertempuran yang dilaksanakan prajurit Korps Marinir TNI AL pada peringatan Hari Kesehatan TNI AL tahun 2014 di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Kamis (16/10/2014).

Asisten Personel Kepala Staf Angkatan Laut (Aspers Kasal) Laksamana Muda TNI Djoko Teguh Wahojo bertindak sebagai inspektur upacara.

Dalam amanatnya, Aspers Kasal mengatakan bahwa peringatan Hari Kesehatan TNI AL yang dilaksanakan secara terpusat di Surabaya tersebut pada hakikatnya merupakan momentum bagi seluruh anggota dan keluarga TNI Angkatan Laut.

Selain itu, sebagai wahana yang tepat bagi jajaran kesehatan TNI AL untuk melaksanakan introspeksi serta evaluasi dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya, terutama  tugas dalam mewujudkan anggota dan keluarga TNI AL yang sehat jasmani dan rohani melalui dukungan pelayanan kesehatan secara profesional, dengan mengutamakan pelayanan yang optimal kepada seluruh anggota beserta keluarganya.

Menurutnya, pembinaan kesehatan bukanlah menjadi tanggung jawab jajaran kesehatan TNI Angkatan Laut semata, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh personel TNI Angkatan Laut termasuk peran keluarga para prajurit dalam membina kesehatan diri sendiri.

"Sehingga, seluruh personel dan keluarga TNI Angkatan Laut tertanam dalam dirinya kebiasaan untuk berperilaku hidup sehat," kata Djoko.
(Sindo)

Drone Buatan AS Tercanggih di Dunia, Bagaimana dengan Drone RI?

Posted: 16 Oct 2014 07:36 PM PDT

Drone atau pesawat tanpa awak merupakan alat pertahanan canggih yang ada saat ini. Drone tercanggih di dunia saat ini masih diproduksi Amerika Serikat (AS) dengan harga yang cukup mahal.

Drone Buatan AS Tercanggih di Dunia, Bagaimana dengan Drone RI?
Drone LSU Buatan Lapan

"Drone itu, Pak Jokowi mengatakan harganya Rp 3 triliun/unit. Mahal karena memang alat UAV pertahanan yang dibuat Amerika. Di Amerika dia bisa mengontrol sampai ke Afghanistan dan menghancurkan musuh," kata Laksamana (Purn) Tedjo Eddy di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (16/10/2014).

Sementara itu, Eddy mengakui, perusahaan lokal juga telah dapat memproduksi drone. Namun dalam hal teknologi, drone dalam negeri tidak secanggih AS.

"Kita ada industri dalam negeri yang mampu membuat drone dengan teknologi yang sudah ada. Mereka sudah hadir kemarin dan sudah diperlihatkan drone jaraknya baru 50 km, tetapi kan bisa dikembangkan," papar pria yang disebut-sebut jadi calon Menko Maritim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini.


Walaupun teknologi drone dalam negeri masih terbatas, tetapi ia tetap bangga perusahaan lokal sudah bisa memproduksi drone. Apalagi dengan harga yang lebih murah, industri drone lokal dinilai akan semakin berkembang.

"Kita sudah bisa buat itu sehingga anggaran bisa dihemat," cetus Ketua Umum DPP Ormas Nasional Demokrat ini.

Drone atau pesawat tanpa awak di dalam negeri salah satunya sudah diproduksi oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan). Lapan sudah membuat pesawat tanpa awak atau disebut Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle.

Lapan sudah memulai memproduksi pesawat tanpa awak sejak 2011, seiring pengembangan program penerbangan nasional. Pesawat tanpa awak pertama yang dibuat dan dikembangkan Lapan adalah jenis Lapan Surveillance UAV-01X.

Lapan Surveillance UAV-01X adalah jenis pesawat tanpa awak berukuran kecil yang membawa kamera seberat 1,5 kg. Cara menerbangkan pesawat ini cukup hanya dilempar dan dapat mengudara selama 30 menit sepanjang 40 km, dengan daya tinggi jelajah 500 meter.

Setelah itu, Lapan kemudian mengembangkan LSU 02 dengan ukuran dan tingkat daya jelajah lebih besar dibandingkan 01X. Teknologi yang digunakan juga jauh lebih tinggi dibandingkan 01X.

Lapan Surveillance Unmanned Aerial Vehicle-02 atau LSU 02 terbang sejauh 200 kilometer dengan kecepatan terbang mencapai 100 km/jam. LSU 02 memiliki bentang sayap 2.400 mm dengan panjang beda 1.700 mm. Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk keperluan Airbone Remonte Sensing dengan tinggi daya jelajah 3.000 meter. (Detik)

Khafids, Prajurit yang Sering Juara Menembak

Posted: 16 Oct 2014 06:05 PM PDT

Selain menjadi salah satu prajurit TNI AD, Sersan Satu (Sertu) Abdullah Khafids, juga sukses mengukir prestasi yang cukup mentereng di bidang menembak. Bati Protokol Staff Personil Kodam IV Diponegoro ini ternyata banyak menjuarai berbagai perlombaan di bidang menembak reaksi. 

Sersan Satu (Sertu) Abdullah Khafids. foto : andika prabowo/sindonews.com
Antara lain, menjadi juara 1 Divisi Standar Grade C lomba tembak terbuka International Practical Shooting Confederation (IPSC) Kandang Menjangan Campionship yang diselenggarakan Danjen Kopassus Cup tahun 2013. Juara 3 Divisi Standar Jateng & DIY, serta berhasil menjadi juara dua kelas Grade C Kepulauan Riau Open pada September 2014 lalu.

Saat ditemui usai acara peringatan HUT ke-69 TNI dan HUT ke-64 Kodam IV/Diponegoro beberapa waktu lalu, Khafids menceritakan kisah suksesnya itu. Menurutnya, keberhasilannya itu tidak dicapai dalam waktu singkat dan memerlukan latihan ekstra keras setiap hari.


"Untuk berprestasi seperti sekarang ini, saya terus latihan selama empat tahun terakhir. Setiap hari saya terus melatih kemampuan menembak saya agar lebih baik lagi," kata Khafids mengawali obrolan.

Awalnya, suami dari Ekawati ini mengaku cukup terkendala untuk mengembangkan bakatnya di bidang menembak itu. Sebab, sarana prasarana yang tidak mendukung waktu itu untuk berlatih.

"Sehingga saya berlatih dengan sarana seadanya. Tapi setahun terakhir saya bersyukur sudah mendapat fasilitas dari Kodam IV Diponegoro dan dari Persatuan Penembak Indonesia (Perbakin) Jateng sehingga membuat latihan saya semakin mudah," imbuhnya.

Meski telah mencatatkan prestasi cukup mentereng di bidang kejuaraan menembak reaksi, namun semangat Khafids belum juga terpuaskan. Ia mengaku akan terus berusaha dan berlatih untuk menjadi yang terbaik.

 "Setiap ada kejuaraan saya usahakan bias mengikutinya. Yang saya impikan adalah menjadi pemenang dalam perlombaan menembak reaksi internasional," papar ayah dari Ade Muhammad Iqbal dan Nauval Aidtya Rahman ini sambil tersenyum.

Khafids tak menutupi perasaan bangganya atas hasil dari jerih payahnya itu. Menurutnya, prestasi yang diraihnya selama ini dapat membanggakan diri dan keluarganya sekaligus membanggakan kesatuannya yakni Kodam IV Diponegoro dan TNI.

Tak lupa, ia juga berpesan kepada seluruh jajaran tentara terutama yang masih muda untuk mengikuti jejaknya. Menurutnya, semua dapat mengikuti jejaknya dalam rangka menjadi tentara yang berprestasi tidak hanya dalam tugas resmi Negara.

"Selain menunaikan kewajiban sebagai tentara, kita juga dapat berprestasi di berbagai bidang lainnya. Tentunya harus dilakukan dengan tekun dan terus berlatih. Pesan saya, keinginan dan motiviasi tinggi adalah kunci untuk meraih prestasi," pungkasnya sambil tertawa. (Sindonews)

Pengamat - Ketahanan Ideologi RI Rapuh

Posted: 16 Oct 2014 01:51 AM PDT

Disampaikan oleh Letnan Jenderal TNI (Purn) Suharto, mantan komandan Korps Marinir ke 12, dalam Seminar Terbatas Global Future Institute (GFI) bertajuk: "Menuju Ketahanan Nasional di bidang Pertahanan, Energi dan Pangan," Kamis 9 Oktober 2014.

 
Letnan Jenderal TNI (Purn) Suharto

Ketahanan atau resillience  itu adalah tugas dari semua unsur. Memang ketahanan yang kita butuhkan sekarang ini ketahanan pangan dan energi. Tapi di balik itu kalau kita mau tahu, mungkin yang paling rapuh adalah ketahanan ideologi kita. Ideologi kita sangat rapuh. Semua sudah menuju kepada liberalisme. Tersinggung sedikit kita (main) hajar. Pemuda dengan pemuda berantam. Kampung dengan kampung berantam. Tersinggung berantam. Karena apa ini terjadi? Pengaruh daripada HAM.

Sebetulnya kita punya HAM lebih bagus, yaitu Kemanusian yang Adil dan Beradab. Waktu saya selesai menjabat Dankommar, saya dipanggil oleh Komnas HAM. Waktu Gus Salahudin Wahid. Saya katakan, "Gus saya datang kali ini, tapi berikutnya saya ingin datang bila Komnas HAM ini berubah menjadi Komnas Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Ini lebih mulia. Karena disini melekat bukan cuma hak, tetapi melekat juga kewajiban kita. Kewajiban sebagai manusia dan kewajiban kita sebagai bangsa. Jadi HAM kita harus dalam kerangka hak azasi bangsa."  Dan Gus Sholah katakan, "Tidak akan panggil lagi Pak Harto. Saya sudah tahu posisi Anda."
 


Sedangkan pada waktu perdebatan calon presiden berlangsung, saya melihatnya agak aneh. Kita sama-sama tau, apalagi yang pernah di Lemhanas. Kalau kita bicara dalam konstalasi politik dan hubungan internasional, memang kita harus berangkat dari tiga unsur, yaitu Geostrategi, Geopolitik dan Geologistik (Geoekonomi).

Dengan mengupas ketiga hal ini, akhirnya kita bisa membuat suatu konstruksi dari perkembangan lingkungan strategik. Baik yang ada di luar, di regional maupun di nasional. Atas dasar itu baru kita tau strategi ini akan olah menjadi seperti apa taktik kita,  utamanya dalam menghadapi ancaman. Kemarin saat debat berlangsung saya tidak melihat itu. Baik dari pihak Prabowo apalagi dari pihak Jokowi.

Kemudian saya tanyakan kepada Prabowo, kenapa tidak kupas hal itu. Apa jawaban Prabowo? "Mas, (alasan) saya tidak mengupas (Geostrategi, Geopolitik dan Geologistik) bukan apa-apa. Rakyat di daerah tidak mengerti kalau saya bicara geopolitik. Rakyat tidak mengerti kalau saya bicara geostrategi dan lain-lain. Jadi saya berusaha untuk mendekatkan dengan bahasa rakyat."

Tapi lebih aneh lagi Jokowi. Tiba-tiba saja dia bicara poros maritim. Apa itu? Saya orang maritim, saya tahu. Luas Indonesia itu satu setengah kali dari Eropa. Padahal Eropa yang hanya dua pertiga dari Indonesia itu diisi oleh 27 negara. Saya berpikir yang dimaksud dengan poros maritim itu apa. Indonesia itu adalah benua maritim, bukan negara maritim. Poros itu opo, saya tidak mengerti. Lebih lagi ketika dia ngomong tol laut. Itu tidak tepat.

Lebih tidak tepat lagi dia bicara soal tank Leopard. Yang lebih lucu Leopard dibandingkan dengan Anoa. Leopard itu main battle tank, sementara Anoa itu panser. Saya nggak mengerti dia mengatakan seperti itu. Tetapi saya tahu siapa yang mengusulkan itu.

Jadi, kalau saya bicara Sishankamrata (Sistem Pertahanan-Keamanan Rakyat Semesta),  bukan saya bermaksud membingungkan rakyat, tetapi juga tidak ingin membingungkan Jokowi juga. Akhirnya saya mengambil jalan tengah, dan tidak boleh terkesan mengadili. Begitu kata Prabowo Subianto kepada saya.

Sistem pertahanan kita sebenarnya sistem Hankamrata, yaitu sistem pertahanan rakyat semesta. Jadi kalau kita mau jujur, alutsista kita yang paling utama, bukan lagi kita bicara pada main bettle tank, bicara kapal yang tangguh dan lain-lain. Alutsista yang paling pokok adalah rakyat.

Undang-undang wajib militer itu harus ada. Bukan berarti negara kita akan dijadikan negara militerisme, tidak.  Kita ingin menjadikan rakyat kita mempunyai kemampuan membela negara dan mempunyai satu sikap disiplin.

Perlu Membangun Komando Pasukan Pengamanan Perbatasan

Kepada Prabowo ketika itu, saya katakan pertama yang perlu dibuat adalah komando pasukan pengamanan perbatasan. Sepanjang 2010 kilometer itu minimal mempunyai lima divisi. Tentara ini jangan disuruh berkumpul semua di Jakarta. Seharusnya ditempatkan diperbatasan. Rakyatnya diberikan lahan tiap orang diberi tiga hektar, ditanami kelapa sawit disepanjang itu. Ini artinya ada transmigrasi.

Yang dilontarkan Jokowi itu adalah konsep dari kami. Delapan program aksi yang kami buat ketika tahun 2009-2010. Sekarang dilengkapi oleh mereka dan menjadi sembilan program aksi.

Kita mengusulkan harus ada satu kementerian kependudukan. Disitu ada dirjen transmigrasi, disitu ada dirjen TKI, organisasi dan lain-lain. Jawa ini sudah terlalu penuh. Sudah menjadi kota pulau. Ini harus dikeluarkan. Inilah salah satu konsep ketahanan.

Jadi manusia yang ada di Indonesia ini harus kita diversifikasi ke keluar. Berikut juga tentaranya. Sekarang ini kita masih menggunakan konsep Belanda. Konsep Belanda itu dipakai untuk menguasai Indonesia, kuasailah pulau Jawa. Sehingga tentara itu terkonsentrasi di Jawa semua. Padahal semua persoalan pertahanan nasional kita justru terjadi di wilayah  peripheral atau pinggiran. Wilayah periferal tidak ada yang ngawal. Kesalahan kita adalah, kekuatan nasional tidak divifersifikasi. Sehingga kekuatan nasional kita tidak menyebar secara merata.  

Jokowi pernah bicara tentang drone. Drone itu cuma mampu terbang selama empat jam. Drone itu hakekatnya hanya sebuah pesawat tempur, jadi tidak cocok untuk didayagunakan di medang peperangan.  Sebagai pesawat tempur, Kalau Drone itu hanya bisa mengambang empat jam. Setelah itu, harus diganti lagi, daya jangkaunya terbatas. Jadi untuk memperkuat pertahanan nasional kita, bukan itu sebenarnya yang kita perlukan.

Yang betul itu seharusnya kita harus punya satelit untuk pengawasan. Di ABRI dulu, di setiap pos-pos komando besar ada yang namanya SBK (Satelit Bumi Kecil). Kita bisa langsung mengetahui bila ada pencuri ikan dari mana saja. Dan itu cukup dipantau dalam satu malam oleh empat sampai lima orang saja. Bukan pakai Drone.

Sayangnya satelit Palapa itu dulu dijual oleh Megawati ketika masih menjadi presiden. Tadi pak Dirgo D Purbo katakan kapal tanker yang ke Indonesia dikawal oleh tentara Srilangka. Saya Cuma mikir, itu kapal siapa? Soalnya tanker itu juga dijual oleh Megawati. Saya tidak tahu. Bukan saya anti Megawati. Saya Nasionalis, saya pengikut ajaran bapaknya, Bung Karno.  Sebagai nasionalis yang sedjati,  seharusnya kita mempunyai konsep seperti beliau.

Sistem Bernegara Harus Dibenahi dari Atas

Ketahanan kita luntur karena sistem bernegara kita hancur. MPR kita dibuat sebanci-bancinya. Sehingga MPR harus membuat GBHN. GBHN harus dikerjakan oleh mandataris. Sekarang ini tidak. Presiden punya rencana, kerjakan sendiri dan pertanggungjawabkan sendiri. Ini yang disebut tirani. Harusnya tidak seperti itu.

Sama juga kalau kita lihat Pertamina. Pertamina kita lemahkan, kita lepas BP Migas. Saya tidak tahu gimana. Akhirnya media dikuasai para pengelolanya yang berorientasi komersial, sehinga media kita dikuasai orang lain, akhirnya selesailah kita semua.

Kita punya ketahanan dipreteli. Pernah angkatan laut di Banyuwangi membuat kapal laut, yang tidak bisa dipantau dari atas. Tetapi kemudian  dibom. Seratus persen saya tahu itu. Saya tahu siapa yang  punya ide membomnya. 

Ketika saya masih memimpin Komandan Korps Marinir, saya tahu ini adalah kesatuan yang paling Sukarnois. Ora dibandhani opo-opo (Tidak pernah diberi anggaran yang cukup memadai untuk memperkuat dirinya) dari mulai kemerdekaan sampai sekarang. Tank saya itu adalah tank buatan tahun 1958-1960. Supaya 700 tank jalan waktu itu, saya utus perwira ke Belanda, ke tempat rongsokan bekas perang dunia ke dua untuk mencari spare part. 

Ketahanan kita sangat kurang. Sehingga kita bisa dilecehkan Malaysia. Kalau ditanya apa yang dipakai untuk pertahanan, saya tidak mau membeli barang yang mahal semua, seperti Scorpion, Leopard, Shukoi. Saya cukup beli Surface to Surface Missile (SSM). Pasang di sepanjang pantai timur Sumatera. SSM kita beli aja. Kalau tidak boleh beli dari Cina, beli dari Rusia. Masih tetap saja tidak  boleh, kita bisa beli dari Ukraina. Bila perlu beli dari Korea Utara yang punya kemampuan 300 sampai 400 kilometer. Murah kok itu. Untuk apa harus beli mahal-mahal.

Sekarang ini yang harus dibenahi adalah sistem bernegara dari atas. Jadi sistem bernegara kita harus kita tempatkan rakyat setinggi-tingginya. MPR jangan seperti pemilihan ketua beberapa waktu yang lalu, saya malu.

MPR harus kembali menjadi lembaga tertinggi. Untuk bisa menghapus undang-undang pro asing itu, harus kita kembali kepada undang-undang 1945. Dan kita kembali berdayakan MPR.

Pertamina supaya dijadikan betul-betul perusahaan negara, harus kembali pada Pasal 33 UUD 1945. Itu baru bisa kita menjadi berdaulat. Kembali menjadi jati diri kita sendiri. Harus berani, kalau tidak sudah terus kita dikerjain.

Pertahanan dan ketahanan kita harus kembali kepada konsep dasar kita, yaitu Hankamrata. Dimana sebetulnya pertahanan ini adalah kewajiban daripada seluruh rakyat Indonesia. Jangan kita cepat sekali terpengaruh, misalnya shukoi lebih baik atau F16 lebih baik. Tidak usah.

Shukoi, F16  dan F15 tidak pernah bisa mengalahkan Vietnam. Tidak pernah bisa mengalahkan Iran. Tidak pernah bisa mengalahkan Venezuela. Karena ketiga negara itu bukan kekuatan alutsista seperti itu yang diutamakan, tetapi yang diutamakan adalah disiplin rakyatnya.

Bicara pertahanan negara, kita harus kembali kepada pertahanan hati kita. Kita melihat banyak pemimpin kita berbohong. Padahal seharusnya tidak seperti itu. Pemimpin boleh salah, tetapi tidak boleh berbohong. Kalau salah itu manusiawi.

Kalau pemimpin kita berbohong, kita tidak perlu memikirkan alutista, tidak perlu bicara pertahanan. Sepuluh tahun lagi negara kita ambruk dengan sendirinya. 

Saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Pak Dirgo, terkait food and energy. Kemudian juga paparan terkait dengan 3G. Memang ini konsep umum kita.

Kita harus mengetahui bahwasannya tahun 1945 sampai dengan 1975, itu adalah era Atlantik. Di tahun itu semua negara di sekitar Atlantik menjadi negara yang makmur. Tahun 1975 sampai dengan 2005, itu era Pasifik. Semua negara di sekitar Pasifik makmur, kecuali Indonesia. Tahun 2005 sampai 2025, itu adalah era lautan Hindia. Harusnya Indonesia ikut makmur. Apabila kita mendapatkan jati diri bangsa dan apabila kita mendapatkan kepercayaan, bahwa bangsa kita mampu untuk berdiri sendiri.

Oleh karenanya di bidang pertahanan, saya pertama-tama hanya ingin berbicara masalah bagaimana kita membangun manusianya. Bukan persenjataannya. Jadi manusia yang mengawasi persenjataan. (GFI)

Perbandingan Anggaran Pertahanan Negara ASEAN

Posted: 16 Oct 2014 01:37 AM PDT

Anggaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) memang lebih kecil jika dibandingkan dengan negara Adidaya seperti Amerika Serikat (AS). Lantas, bagaimana kekuatan TNI di Asia Tenggara (ASEAN)?

Perbandingan Anggaran Pertahanan Negara ASEAN

Berikut komparasi anggaran pertahanan di negara ASEAN pada 2013, seperti dilansir dari data World Bank. Anggaran pertahanan tersebut, merupakan persentase dari pertumbuhan domestik bruto (PDB) yang dikonversi dengan kurs APBN-Perubahan sebesar Rp11.600 per USD.

Singapura
Sebesar 3,3 persen dari USD297,941 miliar, yakni USD9,832 miliar atau sebesar Rp114,051 triliun.

Brunei Darussalam
Sebesar 2,6 persen dari USD16,111 miliar, yakni USD418,886 juta atau sebesar Rp4,859 triliun.


Vietnam
Sebesar 2,2 persen dari USD171,391 miliar, yakni USD3,770 miliar atau sebesar Rp43,738 triliun.

Kamboja
Sebesar 1,6 persen dari USD15,249 miliar, yakni USD243,984 juta atau sebesar Rp2,830 triliun.

Malaysia
Sebesar 1,5 persen dari USD312,435 miliar, yakni USD4,686 miliar atau sebesar Rp54,363 triliun.

Thailand
Sebesar 1,5 persen dari USD387,252 miliar, yakni USD5,808 miliar atau sebesar Rp67,381 triliun.

Filipina
Sebesar 1,3 persen dari USD272,017 miliar, yakni USD3,536 miliar atau sebesar Rp41,020 triliun.

Indonesia
Sebesar 0,9 persen dari USD868,345 miliar, yakni USD7,815 miliar atau sebesar Rp90,655 triliun.

Laos
Sebesar 0,2 persen dari USD11,141 miliar, yakni USD22,282 juta atau sebesar Rp258,471 miliar.

Dari data tersebut, tercatat anggaran Indonesia merupakan anggaran paling besar kedua, setelah Singapura. Hanya saja, jika melihat persentase terhadap PDB, maka Indonesia memiliki persentase kedua paling kecil.  (Okezone)

No comments