Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Kopassus Taklukkan Gunung Tertinggi di Dunia dengan Gaya Kampung

Posted: 27 Oct 2014 12:22 AM PDT

Puncak Everest di Pegunungan Himalaya, dengan ketinggian 8.848 meter, merupakan impian bagi setiap pendaki gunung di dunia untuk bisa mencapai puncaknya. Bahkan untuk bisa mencapai puncaknya, diperlukan latihan selama beberapa tahun, baru punya keyakinan untuk mendakinya. Namun, jika ada tim pendaki yang kemudian bisa menaklukan gunung tersebut hanya dengan latihan selama 3 bulan saja, yakinkah Anda? Hal ini sudah dibuktikan oleh tim pendaki dari Kopassus TNI-AD, yang berhasil mencapai puncak pegunungan tersebut pada tahun 1997. Salah satu pelakunya adalah Kolonel Inf Iwan Setiawan, yang sekarang menjabat sebagai Danpusdikpassus.

KOPASSUS-MENDAKI-PUNCAK-EVEREST
Tim Pendaki Gunung Kopassus di puncak Everest, Pegunungan Himalaya

Bergabung di Kopassus sejak tahun 1993. Selesai menamatkan sekolah menengah atas, Iwan Setiawan masih belum berfikir akan melanjutkan pendidikannya kemana. Namun, saat masih di jenjang pendidikan tersebut, kebetulan sekolah tempat dia menuntut ilmu berlokasi di Margahayu, Bandung, yang jaraknya dekat dengan Lapangan Udara Sulaeman. Di sana banyak keluarga anggota TNI AU yang tinggal, dan banyak dari mereka adalah teman sekolahnya.


Berkat teman-temannya, dia termotivasi untuk mendaftar ke AKABRI. "Alhamdulillah, dari sekian banyak yang mendaftar saya yang berhasil lulus AKABRI. Sementara itu, menjadi anggota Kopassus sendiri belum ada di bayangan saya. Waktu itu, saya lihat di televisi film tentang penumpasan G30S PKI oleh RPKAD. Saya membayangkan, pasukan itu hebat, terlatih dan disegani selain itu latihannya pasti berat. Sementara itu, saya sendiri masih sangsi apakah mampu atau tidak tetapi saya berupaya dengan doa dan semangat latihan, lalu mendaftar dan bisa lolos, " tuturnya pria kelahiran asli Soreang, Bandung, ketika ditanyakan awal menjadi anggota TNI.


Kolonel Inf Iwan Setiawan
Kolonel Inf Iwan Setiawan | foto : asatunews.com

Lalu apa hubungannya antara bocah lugu dari SMA di Margahayu dengan Mount Everest? "Perlu diketahui, Malaysia sudah latihan untuk mendaki ke puncak gunung tersebut selama 3 tahun. Mereka juga sudah berani memproklamirkan sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang akan mencapai puncak pegunungan itu. Pada saat itu, Danjen Kopassus pak Prabowo punya keinginan bahwa Indonesia negara besar jangan sampai kelah dengan negara lain. Sehingga beliau mempunyai gagasan membentuk tim dari pemuda-pemuda terbaik dari Kopassus, juga sipil, agar disiapkan untuk pendakian ke puncak gunung tersebut. Kebetulan juga spesialisasi saya adalah daki – serbu, menjadikan saya salah satu yang direkrut dan berhasil lolos melalui seleksi menjadi tim tersebut. Bagi saya, itu merupakan tugas yang sangat menantang bahkan cukup berat dan resikonya tinggi. Alamlah yang menjadi tantangannya, kita dari iklim tropis dan tidak punya pengalaman naik gunung dengan suhu minus 50 derajat. Kami punya semangat dan demi kehormatan bangsa dan negara, juga kesatuan Kopassus, saya siap mempertaruhkan jiwa dan raga demi merah putih juga baret merah", ujar ayah dari Arya Everest Setiawan, putra pertamanya.

Pemberian nama anak pertama tersebut, ketika dilahirkan saat sudah kembali dari tanah air setelah mencapai puncak gunung tersebut dan nama itu pemberian dari Prabowo Subianto. Nama anak kedua diberi nama Carstenz's Nidya Aulia, yang lahir saat sang ayah sedang mendaki puncak Carstenz. Sementara si bungsu diberi nama Nabil Khansa.

Seperti diungkapkan diatas, persiapan untuk mendaki gunung Everest ini tidak bisa dianggap main-main. Diperlukan waktu latihan minimal selama 3 tahun. Namun, tim pendakian dari Kopassus ini hanya diberi waktu latihan selama 3 bulan saja. Bisa dianggap hal tersebut sebagai bonek (bondo nekat). Akan tetapi, semua kerja keras tersebut terbayarkan, ketika tim tersebut menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengibarkan sang merah putih di puncak tertinggi di dunia. Selain itu, merupakan negara ketiga di dunia untuk militernya setelah Nepal dan India.

Selain persiapan fisik, ada juga persiapan mental yang harus dilakukan oleh ayah dari tiga anak ini, yaitu dengan meminta ijin menikah dulu dengan pacarnya yang satu sekolahan, kepada para komandannya. "Ketika diijinkan, ya Alhamdulillah, saya dengan tekad bulat tidak ragu-ragu melaksanakan kegiatan latihan di Nepal di gunung Paldor (5900 meter), lalu bulan kedua di gunung Island Peak (6189 meter) dan bulan ketiga langsung mendaki gunung Everest. Ada perasaan bangga dan haru saat kami sampai di puncak gunung itu. Di sana tidak ada kehidupan lain, hanya ada puncak gunung tersebut dan langit. Mungkin hanya kita dan Tuhan saja yang tahu, makanya bukan karena hebat atau kuat. Tugas kita kesana adalah menziarahi dimana kepercayaan orang-orang bahwa setiap puncak gunung, adalah tempat yang suci. Jadi kami kesana bukan untuk menaklukan namun untuk menziarahi. Dengan latihan yang keras, semangat, tekad yang bulat serta doa dari seluruh bangsa Indonesia kami bisa berhasil dan kembali dengan selamat hingga kini, " tutur suami dari Beti Sri Supartini, saat ditanyakan perasaannya saat mencapai puncak gunung keramat tersebut, sembari tersenyum mengakhiri wawancara. (Asatunews)

Panglima TNI Prihatin 52% Prajurit Belum Punya Rumah

Posted: 27 Oct 2014 12:00 AM PDT

Dalam rangka acara Pencanangan Bhakti TNI Renovasi Rumah Tinggal Layak Huni (RTLH) ke-10, ratusan prajurit TNI berbaur dengan masyarakat melakukan aksi renovasi rumah penduduk miskin di Wilayah Kediri, Jawa Timur.

Panglima TNI Prihatin 52% Prajurit Belum Punya Rumah

Acara yang diselenggarakan bekerja sama dengan Pemprov Jawa Timur tersebut dibuka oleh Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko bertempat di lapangan Desa Bogo, Kecamatan Plemahan, Kediri, Jawa Timur.

Menurut Moeldoko, kegiatan RTLH ini merupakan momentum penting bagi TNI sebagai ruang interaksi dengan masyarakat sehingga selalu terbangun soliditas yang baik antara TNI dengan Rakyat.

Selaku pimpinan TNI, Moeldoko mengaku dirinya mempunyai dua tugas pokok utama yaitu menyiapkan prajurit-prajurit agar siap tempur dan juga menyejahterakan seluruh prajurit TNI.


Dalam konteks menjaga dan memelihara kesejahteraan prajurit, TNI dihadapkan dengan berbagai keterbatasan. Salah satunya terkait rumah tinggal.

"Hingga saat ini, prajurit TNI yang telah memiliki rumah sendiri baru mencapai 48%, sisanya 52% tidak memiliki rumah dalam artian para prajurit TNI tersebut tinggal di rumah saudara, kontrak maupun rumah dinas," kata Moeldoko melalui rilis yang diterima Sindonews, Jumat (24/10/2014).

Melihat data tersebut, lanjut Moeldoko, tentu sangat ironis. Meski para prajurit TNI tidak memiliki tempat tinggal sendiri, namun mereka tetap memikirkan dan melakukan aksi sosial dengan melakukan renovasi rumah tinggal masyarakat sehingga layak huni.

Menurut Moeldoko, kegiatan yang dilakukan para prajurit TNI di Jawa Timur ini dapat dijadikan contoh bagi prajurit di daerah lain, khususnya menyangkut renovasi rumah tempat tinggal yang tidak layak huni.

Melihat ketimpangan yang dihadapi prajurit TNI tersebut, jenderal bintang empat itu berharap di masa yang akan datang pemerintahan lebih memperhatikan kesejahteraan prajurit TNI.

"Hal itu dapat ditempuh dengan melakukan pembangunan perumahan bagi prajurit TNI sehingga ke depan para prajurit dapat memiliki tempat tinggal sendiri dan dapat hidup lebih sejahtera," kata dia. (Sindo)

Profil Singkat Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo

Posted: 26 Oct 2014 09:47 PM PDT

Mayjen TNI Doni Monardo (lahir di Cimahi, Jawa Barat, 10 Mei 1963; umur 51 tahun) adalah seorang perwira tinggi TNI-AD yang berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/643/IX/2014 tanggal 5 September 2014, tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI telah dimutasi menjadi Komandan Jenderal Kopassus (Danjen Kopassus) pengganti Mayjen TNI Agus Sutomo. Sebelumnya ia menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres).

Mayjen TNI Doni Monardo


Karier

Doni, lulusan Akmil 1985 ini berpengalaman dalam bidang infanteri. Penempatan pertama langsung pada Komando Pasukan Khusus atau Kopassus tahun 1986 sampai dengan 1998. Selama di Kopassus dia pernah ditugaskan ke Timor Timur, Aceh dan daerah lainnya. Pada tahun 1999 hingga 2001, lelaki yang suka kegiatan menembak dan beladiri ini ditugaskan pada Batalyon Raider di Bali. Kemudian ditarik kembali di Paspampres hingga tahun 2004, lalu mengikuti pelatihan counter terrorism yang dilaksanakan di Korea Selatan.

Pada tahun 2005 sampai dengan 2006 Doni ditugaskan di Aceh. Setahun di sana, dia kembali ditarik ke Jakarta bergabung dengan Paspampres. Pada tahun 2006 dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, atau yang lebih dikenal dengan Kostrad. Salah satu program yang hingga kini dikenang masyarakat Makassar adalah penghijauan beberapa kawasan tandus di Sulawesi Selatan termasuk di sekitar Bandara Hasanuddin.

Setelah di Makassar, Doni di promosikan menjadi Dan Grup A Paspampres hingga 2010. Selama bertugas mengawal orang nomor satu di Republik Indonesia ia sudah mengikuti kunjungan Presiden Indonesia ke 27 negara di dunia. Puas di Paspamres, Doni kemudian diberi kepercayaan menjadi Danrem 061 Surya Kencana Bogor. Hanya beberapa bulan menjadi Danrem di Bogor, Doni diberi kepercayaan menjadi Wadanjen Kopassus. Salah satu tugas yang melambungkan namanya adalah ketika ditugaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Komando Satuan Tugas untuk pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak oleh perompak Somalia. Atas keberhasilan itu pangkat Doni dinaikkan setingkat menjadi Brigadir Jenderal.

Bulan April 2012 Doni mengikuti pendidikan PPSA XVIII di Lemhannas. Baru empat bulan di Lemhannas Doni dipromosikan menjadi Danpaspampres.

Pendidikan

  • SMA N 1 Padang (1981) 
  • Akmil (1985)
  • Seskoad (1999)
  • Lemhannas (2012)
Jabatan
  • Waasops Danpaspampres 
  • Dan Brigif Linud 3/Tri Budi Sakti
  • Dan Grup A Paspampres (2008)
  • Danrem 061/Surya Kencana (2010)
  • Wadanjen Kopassus (2011)
  • Danpaspampres (2012)
  • Danjen Kopassus (2014)


Sumber : Wikipedia

Profile Ryamizard Ryacudu - Menteri Pertahanan Era Presiden Joko Widodo

Posted: 26 Oct 2014 09:31 PM PDT

Ryamizard Ryacudu resmi menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) dalam Kabinet Kerja 2014-2019 setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu, di Istana Merdeka, Jakarta, mengumumkan 34 nama menteri dan dua wakil menteri untuk pemerintahannya.

Profile Ryamizard Ryacudu - Menteri Pertahanan Era Presiden Joko Widodo
Jendral Purnawirawan Ryamizard Ryacudu
 
Prof. Bilveer Singh, Indonesianis dari  S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) and guru besar ilmu politik  National University of Singapore (NUS), pada 2004 menulis buku "Ryamizard: In the Footsteps of Gadjah Mada", menilai sosok perwira tinggi tersebut terinspirasi Gajah Mada dalam menjaga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Nama Ryamizard Ryacudu telah diduga banyak kalangan untuk mengisi kursi salah satu kementerian karena pada Selasa (22/10) sore Presiden Joko Widodo memanggil dirinya ke Istana Negara untuk berdiskusi masalah kebangsaan.


Pria berusia 64 tahun ini pada 2004 sempat diajukan Presiden RI periode 2001-2004 Megawati Soekarnoputri ke DPR menjadi Panglima TNI menggantikan posisi Jenderal Endriartono Sutarto. Namun, Presiden RI 2004-2009 Susilo Bambang Yudhoyono membatalkannya.

Ryamizard lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada 21 April 1950, dan dibesarkan dalam keluarga tentara. Ayahnya yang bernama Musanif Ryacudu (almarhum) berpangkat terakhir Brigadir Jenderal TNI, dan dikenal dekat dengan Presiden RI 1945-1966 Soekarno.

Karir militer Ryamizard mulai mendapat perhatian publik saat memangku jabatan Pangdam V Brawijaya pada 1999 dan diteruskan menjadi Pangdam Jaya di tahun yang sama.

Selepas dari Kodam Jaya, Ryamizard mendapat promosi bintang tiga sebagai Panglima Kostrad pada 2000-2002 dan menjadi Kasad 2002-2005.

Meski dinilai sangat irit ketika bicara soal politik, alumni pendidikan militer Akabri Darat tahun 1974 itu berkomitmen menjadi seorang prajurit sejati yang profesional.

Jenderal berbintang empat itu memperistri Nora Trystiana, putri sulung Wakil Presiden RI 1992-1998 Jenderal TNI Try Sutrisno. Mereka dikaruniai tiga orang anak, Ryano Patriot, Dwinanda Patriot dan Tryananda Patriot.


 
Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu



Profile Singkat Ryamizard Ryacudu

Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 21 April 1950). Mantan perwira tinggi militer TNI AD ini juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat dari tahun 2002 hingga 2005.[1] Ryamizard adalah menantu dari mantan Wakil Presiden, Try Sutrisno, ia dikenal sebagai jenderal lurus dan tegas. Kariernya mulai cemerlang setelah dia memangku jabatan Pangdam V Brawijaya, yang kemudian diteruskan menjadi Pangdam Jaya.

Saat terjadinya gesekan elit nasional pada masa presiden Gus Dur, Ryamizard yang saat itu Pangdam Jaya mengancam siapa saja yang akan mengganggu keamanan di wilayahnya akan dihadapinya.[2] Selepas dari Kodam Jaya, Ryamizard mendapat promosi bintang tiga sebagai Panglima Kostrad menggantikan Letjen TNI Agus Wirahadikusumah.

Kemampuannya merangkul semua unsur TNI saat apel siaga di Lapangan Monas yang melibatkan unsur TNI AL dan TNI AU Juli 2001 menarik KSAD untuk menunjuknya sebagai Wakil KSAD dan kemudian mengantikan Endriartono Sutarto sebagai KSAD.


Pendidikan Militer

  • AKABRI (1974) 
  • Suscapa (1985-1986)
  • Seskoad (1991)

Karier Militer

Berikut adalah jabatan yang pernah dipegang Ryamizard:    

  • Komandan Peleton Kodam XII/Tanjung Pura (15 November 1976) 
  • Komandan Kompi Pelajar, Komando Pendidikan (Dodik), Kodam XII/Tanjung Pura
  • Komandan Kompi Secaba, Dodik, Kodam XII/Tanjungpura (28 Desember 1977)
  • Komandan Batalyon infanteri 641 dan 642, Kodam XII/Tanjungpura (22 Juli 1980)
  • Kepala Seksi-2/Operasi Yonif 641 (18 Januari 1982)
  • Kepala Seksi Operasi Brigif Linud 17 Kujang I (1 Januari 1987)
  • Wakil Komandan Yonif Linud 305/Tengkorak (1 Juli 1988)
  • Komandan Yonif Linud 305/Tengkorak (1 Juni 1990)
  • Kepala Staf Brigif Linud 17/Kujang I Kostrad
  • Komandan Brigif Linud 17/Kujang I Kostrad (1 Juni 1994)
  • Asisten Operasi Kodam VII/Wirabuana (1 April 1995)
  • Komandan Kontingen Garuda XII-B ke Kamboja (1992)
  • Komandan Sektor 5 Barat, dipercaya oleh pasukan PBB di Kamboja (UNTAC)
  • Komandan Komando resort militer 044/Garuda Dempo, Kodam II/Sriwijaya (1 September 1995)
  • Kepala Staf Divif 2/Kostrad (1 Agustus 1996)
  • Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya, merangkap sebagai Wakil Ketua Tim Pengamanan Hutan Terpadu (15 Juli 1997)
  • Panglima Divif 2/Kostrad (15 Maret 1998)
  • Kepala Staf Kostrad (15 Juni 1998)
  • Pangdam V/Brawijaya (14 Januari 1999–4 November 1999)
  • Pangdam Jaya/Jayakarta (4 November 1999–1 Agustus 2000)
  • Pangkostrad (1 Agustus 2000–4 Juni 2002)
  • Kepala Staf Angkatan Darat (4 Juni 2002–5 Februari 2005)

Sumber : Antara | Wikipedia

No comments