Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Presiden perkuat hubungan dengan negara kawasan Pasifik

Posted: 17 Jun 2014 02:01 AM PDT

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kerja ke Fiji selama tiga hari mulai 17 Juni.

"Kawasan pasifik selatan ini penting karena selama 10 tahun terakhir kita telah memperkuat dan menjalin hubungan dengan negara-negara kunci," kata Presiden dalam jumpa pers sebelum bertolak ke Fiji melalui Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Selasa pagi.




Menurut Presiden Yudhoyono, Indonesia selama bertahun-tahun terakhir telah menjalin hubungan baik antara lain dengan negara Timor Leste, Papua Nugini, Australia, dan Selandia Baru.

Presiden memaparkan hubungan baik dengan negara-negara di kawasan pasifik tersebut juga berangkat dari kesepakatan bahwa mereka semua secara resmi menghormati kedaulatan Republik Indonesia.


Yudhoyono menuturkan, sebelumnya urusan terkait permasalahan Papua kerap dipersoalkan di tingkat internasional dan hal tersebut bisa diatasi dengan cara menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara di pasifik selatan.

Ia mencontohkan bahwa sejumlah ajang seperti Pacific Island Forum dan Melanesian Spearhead Group sering dijadikan tempat bagi kelompok-kelompok yang mempersoalkan Papua untuk mendapatkan dukungan.

"Tugas saya adalah meningkatkan kerja sama dan persahabatan serta memberitahukan kebijakan kita tentang Papua," ujar Presiden Yudhoyono.

Dengan demikian, menurut Presiden, tidak akan ada lagi atau setidaknya mengurangi disinformasi dan misinformasi terkait dengan kebijakan Indonesia mengenai Papua dalam konteks hubungan internasional.

SBY menjelaskan pihaknya sebelumnya juga telah mempersilakan perwakilan Melanesian Spearhead Group untuk datang ke Papua Barat Indonesia guna mendengar langsung terkait dengan kebijakan pembangunan ekonomi serta aspek keamanan di Papua. (Antara)

Bandara Sepinggan Adakan Simulasi Penjinakan Bom

Posted: 17 Jun 2014 12:33 AM PDT

Angkasa Pura Airports Cabang Bandara Internasional Sepinggan, Balikpapan melakukan simulasi penjinakan bom, Kamis (12/6). Kegiatan itu dalam rangka menghadapi situasi gawat darurat di bandara.

Bandara Sepinggan Adakan Simulasi Penjinakan Bom

General Manager Angkasa Pura Airports Cabang Bandara Sepinggan Balikpapan Wendo Asrul Rose mengatakan, latihan ini bermaksud untuk memastikan Bandara Sepinggan siap menghadapi situasi darurat dengan menguji kemampuan petugas dengan melatih koordinasi antara unit kerja bandara dan instansi terkait. "Pengunjung sudah kami beri tahu, makanya selama latihan suasana tetap tenang," ucapnya setelah simulasi.


Latihan pengamanan itu sudah diatur skenarionya, yakni diawali dengan seseorang yang tidak dikenal menyampaikan melalui telepon genggam bahwa yang bersangkutan telah menempatkan bom di terminal bandara. Pria misterius itu memberi tahu akan meledakkan bom pada pukul 10.30 WITA.

Kemudian informasi itu diteruskan kepada pihak-pihak terkait. Lalu dilakukan penyisiran awal oleh Aviation Security (Avsec) Angkasa Pura I bersama TNIAU serta Polsek Bandara. Barang yang diduga bom tersebut ditemukan dan dievakuasi oleh Tim Gegana. Bom tersebut kemudian diledakkan di disposal area.

Diketahui, peserta latihan simulasi menjinakkan bom ini antara lain berasal dari anggota Komite Keamanan Bandar Udara atau Airport Security Committee (ASC), Aviation Security Bandara, PKP-PK Bandara Sepinggan, TNI-AU Lanud, Polres Balikpapan, Polsek Kawasan Bandara. Dinas Perhubungan Balikpapan, Gegana Brimob Polda Kaltim. Tim SAR Balikpapan, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Balikpapan. (BUMN)

Kegelisahan Seorang Purnawirawan

Posted: 16 Jun 2014 09:08 PM PDT

Tokoh militer Indonesia, Chappy Hakim, memiliki kegelisahan tersendiri terhadap perwira angkatan perang negeri saat ini, terutama setelah merebaknya kasus bocornya surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) tentang pemecatan salah satu prajurit, Prabowo Subianto, 16 tahun silam. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 2002-2005 itu menuangkannya dalam sebuah artikel di laman blog pribadinya, www.chappyhakim.com, yang diunggahnya pada Sabtu (14/6/2014).

Kegelisahan Seorang Purnawirawan
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bersama Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim (kanan) saat meluncurkan buku

Dalam tulisan berjudul "Tangan yang Sudah Mulai Keriput" itu, peraih beberapa penghargaan satyalencana ini membuka tulisan dengan nostalgia mengingat tangan keriput ayahnya yang kini juga ia lihat di punggung tangannya. Keriput, baginya menandakan ketuaan dan berumur.


"Tidak terasa, sudah lebih kurang 10 tahun saya pensiun setelah berkiprah lebih dari 30 tahun sebagai Perwira Angkatan Perang Negeri ini. Sekarang, terminologi yang digunakan secara umum bagi orang-orang seperti saya , yang sudah pensiun adalah "purnawirawan". Bijaksana adalah hal yang sangat didambakan dari mereka yang telah berumur. Bijak dalam bertindak dan bijak dalam berbicara sehingga patut diteladani oleh mereka yang jauh lebih muda," tulisnya pada bagian pembuka.

Lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bagian Udara ini menganggap Akabri sebagai lembaga pendidikan Tinggi yang sangat terhormat, yang ia junjung tinggi, membanggakan, dan telah menghasilkan begitu banyak perwira dengan segudang prestasi pengabdiannya kepada negeri tercinta. Satu lembaga pendidikan perwira militer yang cukup disegani, bahkan di pentas global sekalipun.

Empat tahun ia digembleng di Kawah Candradimuka yang bernama Akabri. Dalam perjalanan karier, ia menjabat sebagai "Komandan Wing" (Resimen) Taruna Akademi Angkatan Udara, Gubernur Akademi Angkatan Udara, dan juga sebagai Komandan Jenderal Akademi TNI.

"Saya mengenal betul dan sangat mencintai almamater yang sekali lagi 'sangat terhormat dan membanggakan' itu," ungkapnya.

Kegelisahannya bermula saat di berbagai media, menurut dia, demikian vulgar para lulusannya kini, terutama para purnawirawan, telah saling melemparkan banyak hal negatif dan bahkan membuka data-data yang seyogianya tersimpan rapi di dalam "personal data" masing-masing dan di dalam lemari instansi yang terhormat.

Menurut Chappy, perebutan kekuasaan telah memporakporandakan "keperwiraan" dan sifat "kesatria" purnawirawan. Membuka aib prajurit baginya akan membuat cemar lembaga pendidikan yang seharusnya dijunjung tinggi kehormatannya.

"Saya baru menyadari, bahwa ternyata dalam realitanya sifat 'perwira' itu mungkin hanya akan terdapat di dalam dongeng-dongeng belaka."

"Masih adakah 'kehormatan' itu, yang telah porak poranda hanya dalam hiruk pikuknya Pemilihan Presiden Republik Indonesia? Hanya karena ingin jadi presiden? Sebagai pemimpin, tidak harus menjadi presiden! Lalu di mana 'patriotisme' para purnawirawan lulusan Akabri itu, di mana rasa hormat kepada almamaternya? Entah di mana pula kesakralannya himne Taruna, yang selalu mendirikan seluruh bulu roma saat dinyanyikan? Di mana Sumpah Prajurit dan Saptamarga?" papar Chappy yang mulai gelisah ini.

Pada akhir tulisannya, Chappy kembali mengingat sosok sang ayah yang baginya hanya orang biasa tetapi sangat memegang nilai patriotisme. Ayah yang tak pernah mengungkapkan keburukan temannya di hadapan publik. Ayahnya yang tak pernah mengenyam pendidikan di Akabri.

"Ternyata memang Akademi tidak sanggup memberikan segala-galanya dalam membangun karakter seseorang, di sisi lain seorang ayah terbukti sangat besar pengaruhnya dalam membentuk dan membangun karakter seseorang,"
tutup Chappy.

Dahlan Saksikan Penandatanganan MoU Pengembangan Nuklir antara AS dan BUMN RI

Posted: 16 Jun 2014 09:02 PM PDT

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan bersama rombongan terbang ke Washington, Amerika Serikat (AS) untuk menyaksikan momen bersejarah. Badan Usaha Milik Negara, PT INUKI (Persero) dan anak usaha PT Dirgantara Indonesia (Persero) yakni IPTN North America Inc melakukan memorandum of understading (MoU) pengembangan dan produksi bersama produk nuklir kesehatan yakni low energy uranium.

Dahlan Saksikan Penandatanganan MoU Pengembangan Nuklir antara AS dan BUMN RI

"Penandatangan MoU antara SHINE Medical, USA dengan INUKI dan IPTN North America tentang produksi bersama low energy uranium," kata Staff Khusus Menteri BUMN Abdul Aziz kepada detikFinance, Selasa (17/6/2014).

Aziz yang ikut menemani Dahlan menjelaskan acara kerjasama ini juga difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington. Di dalam foto yang diterima, terlihat Dahlan bersama istri memakai batik.


Hadir pula Dirut INUKI Yudi Utomo Imardjoko, Dirut IPTN North Amerika Gautama Indra Djaja, dan CEO SHINE Medical Technologies Gregory Piefer. Kerjasama ini, Indonesia menyediakan tenaga ahli sementara SHINE menyediakan peralatan.

"Teknologi dari peneliti-peneliti Indonesia dan Amerika menyiapkan seluruh peralatan produksi di USA," sebutnya.

Untuk pengembangan dan produksi bersama produk nuklir kesehatan itu, dibutuhkan investasi sebesar US$ 600 juta atau sekitar Rp 6 triliun. Setelah beroperasi, produk nuklir tersebut diapakai untuk berbagai kebutuhan medis.

"Digunakan untuk medical/kedokteran, mengetahui diagnosa di mana penyakit itu berada dan mengobati penyakitnya," terangnya.

Usai menyaksikan acara MoU, Dahlan direncanakan menuju markas SHINE Medical. Setelah itu rombongan terbang menuju Aljazair untuk melihat proyek jalan yang dikerjakan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

"Sore ini akan ke Madison di Wisconsin pusatnya Shine Medical, besok pemaparanya di University of Wisconsin, lusa ke Aljazair melihat proyek jalannya WIKA," ujarnya. (Detik)

Kh-31P: Rudal Pelumat Radar

Posted: 16 Jun 2014 08:50 PM PDT

Dengan kecepatan lesat Mach 3,5 dan jarak jangkau mencapai 110 km, rudal Kh-31P menjadi pelumat satuan radar maupun alutsista lain yang menggunakan sistem kontrol radar.


Tingkat deterens jet tempur Su-27/30 TNI AU meningkat tajam setelah Kementerian Pertahanan RI melengkapi armada Flanker Skadron Udara 11 dengan beragam rudal berbahaya termasuk yang satu ini, Kh-31P. Dikembangkan oleh Tactical Missile Corporation (sebelum tahun 2002 bernama Zvevda-Strela), rudal Kh-31P dengan seeker pasif mampu menjangkau sasaran hingga 110 km, bahkan lebih, menjadikan rudal berkode NATO AS-17 Krypton (di Rusia X-31) ini sebagai rudal supersonik pelumat satuan radar maupun alutsista lain yang menggunakan sistem kontrol radar.


Beragam sasaran yang mengeluarkan emisi radar dapat dihancurkan menggunakan rudal antiradiasi (ARM) dengan bentuk menyerupai roket peluncur pesawat ulang-alik ini. Tak mengherankan walau platform rudal ini merupakan rudal udara ke darat, namun rumor telah berkembang lama bahwa tahun 1992 di Pameran Kedirgantaraan Moskow disebutkan bahwa Zvevda-Strela tengah mengembangkan Kh-31 versi udara ke udara dengan julukan si "AWACS Killer". Isu yang belum bisa dibuktikan ini berkembang lagi tahun 2005 dimana China yang membeli KR-1 (versi ekspor Kh-31 untuk China) kemudian membuat YJ-91 (produksi Kh-31 dalam negeri China dengan kemampuannya lebih dari rudal aslinya) disebut-sebut juga membuat "AWACS Killer".

Kh-31P hanyalah satu dari sekian varian rudal Kh-31 yang rancangannya dibuat oleh GI Khokhlova dari Biro Desain Star tahun 1975. Ketidakpuasan akan performa rudal X-27PS PRR (Kh-27PS) yang dibuat tahun 1972, mendorong dibuatnya Kh-31P sebagai rudal antiradiasi udara ke darat dengan kecepatan lesat dan jarak jangkau terhadap sasaran yang jauh. Dibuatnya Kh-27 juga terdorong oleh munculnya ancaman baru dari rudal-rudal darat ke udara, mulai dari rudal MANPADS, MIM-104 Patriot, MIM-23 Hawk, MIM-14 Nike Hercules, dan juga sistem tempur Aegis yang digunakan Angktan Laut. Kunci untuk menghancurkan target-target ini tentu saja Kh-31P harus memiliki spesifikasi yang lebih seperti yang disebutkan di awal: berkecepatan tinggi dan berdaya jangkau jauh.


Sepuluh negara

Kh-31P pertama kali diuji coba pada Mei 1982 menggunakan pesawat MiG-27M. Rudal dengan dimensi panjang 4,7 m dan diamter 36 cm ini terus menjalani uji coba dan penyempurnaan hingga akhirnya mulai diproduksi di Kaliningrad oleh Zvevda-Strela tahun 1987. Kemunculannya pertama kali di depan publik adalah dalam pameran di Dubai 1991 dan cukup menghebohkan banyak pihak. Selain membuat rudal Kh-31P (ARM), Zvevda-Strela juga membuat Kh-31A tahun 1989 yakni rudal antikapal dengan seeker aktif yang dapat menghancurkan sasaran sekelas kapal perusak (destroyer).

Kh-31P berbobot 600 kg, dilengkapi 87 kg hulu ledak serta dapat diluncurkan dari pesawat Su-27/30 dengan ketinggian 0,1-15 km dengan jarak luncur terdekat 15 km. Sementara Kh-31A memiliki bobot lebih berat yakni 610 kg dan hulu ledak 90 kg, namun memiliki jarak jangkau yang lebih pendek yakni 25-50 km.

Bentuk rudal Kh-31P memanjang runcing, namun pada bagian ekor dilengkapi dengan buster dan sistem propulsi dua tingkat. Sebagian besar kalangan menyebut rudal ini merupakan model mini dari rudal jelajah ramjet antikapal P-270 Moskit (SS-N-22 Sunburn) buatan MKB Raduga yang memunyai dimensi panjang 9,745 m dan bobot 4.500 kg serta jarak jangkau mencapai 120 km. (Roni Sontani | Angkasa)

PTDI Rancang Helikopter Khusus Anti Kapal Selam

Posted: 16 Jun 2014 08:31 PM PDT

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pabrikan pesawat dan helikopter, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mampu merancang konsep helikopter super canggih. PTDI memiliki rancangan helikopter yang dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam. Sonar ini mampu mendeteksi keberadaan kapal selam.

PTDI Rancang Helikopter Khusus Anti Kapal Selam

"Karena ini konsep dari PTDI jadi yang copy right atau hak cipta adalah PTDI," kata Direktur Utama PTDI (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014)

Pengembangan helikopter ini bermula ketika TNI AL ingin memiliki helikopter super canggih namun harus berukuran relatif kecil dan bisa mendarat di kapal perang tipe Frigate terbaru. Alhasil PTDI mencari cara agar bisa membuat helikopter berukuran sedang yang bisa mendarat di deck kapal perang namun mampu memiliki teknologi anti kapal selam.


Biasanya teknologi kapal selam ini ditemui dan terpasang pada helikpter berukuran besar. PTDI menggandeng produsen helikopter yakni Eurocopter dan produsen sonar dunia untuk memproduksi helikopter medium dengan teknologi sonar anti kapal selam. Proses merancang helikopter ini memerlukan waktu 2 tahun.

"Waktu kita (pemerintah) beli kapal Fregate buatan Belanda. Itu yang sudah datang. Itu deck load hanya 5 ton jadi kita harus cari helikopter bobot 5 ton dengan senjata yang canggih. Orang mengatakan saya punya sonar bagus tapi helikopternya yang gede-gede. Nggak mungkin (untuk heli sedang). Akhirnya pakai sonar kelas lebih rendah. Kalau sonar long range itu frekuensi rendah. Dia antene gede," terangnya.

Akhirnya lahir helikopter pertama di kelas medium yang memiliki teknologi sonar anti kapal selam. Teknologi ini dikembangkan pada jenis Helikopter AS565 Panther. Meski tidak memproduksi helikopter dan sonar, namun PTDI memiliki hak cipta rancangan helikopter AS565 Panther dengan teknologi sonar anti kapal selam tersebut.

"Buat kami ini pertama. Bagi pabrik helikopter ide pertama dan ternyata feasible untuk dikerjakan. Yang bikin sonar, dia bilang ini pertama kali dia akan pasang sonar di helikopter ini (medium)," ujarnya.

Helikopter AS 565 Panther telah dipesan TNI AL sebanyak 11 unit. Dari 11 unit tersebut, sebanyak 2 unit dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam dan 9 tidak dilengkapi namun memiliki kemampuan untuk sewaktu-waktu dipasang teknologi anti kapal selam.

"Tahap pertama 11, namun yang pakai sonar ada 2. Itu delivery terakhir," tegasnya. (BUMN)

ABK KRI SHN-363 Ziarahi Makam Sultan Hasanuddin

Posted: 16 Jun 2014 02:36 AM PDT

Asops Danguspurlatim Kolonel Laut (P) Retriono Kunto, didampingi Paban Pamgal Sintel Guspurlatim Letkol Laut (P) M Sjamsul Rijal menggunakan KRI Sultan Hasanuddin (SHN)-366 sebagai kapal Markas.


Sejak periode Juni 2014, keduanya memimpin Operasi Cakra Hiu-14, sebuah operasi yang dilaksanakan Gugus Tempur Laut Komando Armada Timur di seluruh perairan wilayah timur Indonesia.

Saat berada di daerah operasi Sulawesi Selatan, kapal Markas yang dipimpin Komandan KRI SHN-366 Letkol Laut Heri Triwibowo, didampingi perwira Guspurlatim Mayor Laut Bayu Dwi, beserta perwira dan anggota KRI SHN-366 berziarah ke Makam Sultan Hasanuddin di Kabupaten Gowa.


Dalam rilis yang diterima Tribunnews.com di Jakarta, Senin (16/6/2014), Kadispenarmatim Letkol Laut (KH) Abdul Kadir menjelaskan, kunjungan rombongan KRI SHN-36 disambut juru kunci makam Sultan Hasanuddin, Abdul Halim.

Abdul Halim memberikan penjelasan singkat tentang sejarah perjuangan Sultan Hasanuddin melawan penjajahan Belanda di Sulawesi Selatan, Sabtu (14/6/2014).

Selesai melaksanakan prosesi ziarah, Komandan KRI HSN-366 memberikan pengarahan secara singkat atas jiwa kepahlawanan Sultan Hasanuddin yang telah berjasa dan memberikan andil besar bagi perjuangan bangsa dan negara.

Letkol Laut Heri Triwibowo berharap para rombongan dapat mengambil contoh dan pelajaran atas jiwa ksatria serta patriot Sultan Hasanuddin tersebut.

Sebagai rangkaian kegiatan ziarah, kunjungan dilanjutkan menuju Istana Raja Gowa yang sekarang menjadi museum Istana Bala Lompoa di kelurahan  Sunggu Minasa Kecamatan Sumbo Opa Kabupaten Gowa. (Tribun)

No comments