Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Strategi Militer - Informasi Pertahanan dan Keamanan Indonesia


Satgas Pamtas RI-Timor Leste gagalkan penyelundupan mobil

Posted: 11 Jul 2014 11:57 PM PDT

Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Timor Leste di pos lintas pintu utama Mota Ain, Kabupaten Belu, menggagalkan upaya penyelundupan mobil jenis Toyota Avanza ke Timor Leste.

Satgas Pamtas RI-Timor Leste gagalkan penyelundupan mobil

"Kendaraan dan oknum pengendaranya sudah kami serahkan ke aparat Polres Belu di Atambua, setelah diamankan di pintu lintas batas Mota Ain, Jumat (11/7) kemarin sore," kata Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Batalyon Infantri 742/Satya Wira Yudha (SWY) Letkol Inf Fransiskus Ari Susetio, yang dihubungi dari Kupang, Sabtu.

Dia mengatakan, penggagalan itu terjadi setelah personel TNI unsur Satgas Pamtas RI-Timor Leste merasa curiga dengan kendaraan berwarna hitam, bernomor polisi DH 4121 EA yang melintas ke arah Timor Leste, dalam beberapa hari terakhir hingga pada Jumat (11/7) siang itu.


Berawal dari laporan intelijen Satgas Pamtas, akan terjadi transaksi ilegal (penyelundupan) kendaraan tersebut ke Timor Leste, maka personel di pintu lintas batas Mota Ain, semakin memperketat pengawasannya.

Modus yang digunakan, adalah dengan mengubah plat nomor polisi kendaraan tersebut, dari nomor polisi yang asli ke nomor polisi lainnya, untuk mengelabui petugas, baik TNI penjaga pintu perbatasan, maupun petugas lainnya di Mota Ain, termasuk petugas di pintu masuk Timor Leste.

Letkol Fransiskus mengatakan personel Satgas Pamtas di pintu lintas batas, sudah sangat mengenali kendaraan tersebut dengan sejumlah tanda unik di mobil.

Karenannya, pada Jumat (11/7), kendaraan yang dikendarai oleh seorang berinisial AM itu, diminta segera kembali ke Indonesia, menjelang penutupan pintu lintas batas di Mota Ain.

Menurut Letkol Fransiskus, informasi intelijen menyatakan, bahwa telah terjadi transaksi sopir kendaraan AM di Batugede, Distrik Bobonaro, Timor Leste.

Melihat adanya transaksi tersebut, Satgas Pamtas Yonif 742/SWY, berkoordinasi dengan penjaga perbatasan Timor Leste (UPF), untuk segera meminta kendaraan itu kembali ke Indonesia, melalui Mota Ain.

"Saat kendaraan itu kembali menjelang penutupan pintu perbatasan itulah, kami langsung mengamankannya," kata Fransiskus.

Dalam pemeriksaan, ternyata kendaran itu memiliki STNK dengan nomor Polisi W 1530 BH asal Sidoarjo, Jawa Timur.

Sementara untuk nomor Polisi DH 4121 EA, adalah nomor palsu yang sebenarnya nomor kendaraan lainnya berjenis Xenia.

"Dengan kondisi itu, kami langsung tahan AM dan kendaraannya, lalu kami serahkan ke aparat Polres Belu, untuk diproses sesuai hukum yang berlaku," katanya. (Antara)

Bangsa Indonesia Bangsa Besar

Posted: 11 Jul 2014 11:48 PM PDT

KOLOM ini dimulai dengan pertanyaan mengapa bangsa-bangsa jajahan tertinggal dan bangsa-bangsa pewaris imperium besar tetap saja menjadi bangsa yang paling maju dan berkuasa di dunia baik politik, militer, ekonomi, maupun peradaban?

Bangsa Indonesia Bangsa Besar

Bangsa-bangsa Barat de facto tetap menjadi penguasa dunia sampai sekarang ini. Dulu mereka menguasai dunia dengan kolonialisme dan imperialisme, sekarang tetap juga "menguasai" dunia melalui modus lain yang lebih canggih. Penguasaan tentu hanya bisa dilakukan oleh bangsa-bangsa yang kuat (strong nation), percaya diri, dan selalu punya pemimpin dengan mental penakluk (conqueror).


Jika tidak dengan kualifikasi demikian, rasanya mustahil mereka berhasil memosisikan negara-negara lain di bawah kendali kekuasaannya selama berabad-abad. Bangsa-bangsa jajahan sebaliknya dikenal, meminjam istilah Gunnar Myrdal dalam Asian Drama, sebagai soft nation, bangsa yang lembek! Sebagai bangsa yang mengalami penjajahan -mitos atau realitas- 350 tahun, bangsa Indonesia ditengarai oleh banyak pihak sebagai mengidap mentalitas inlander.

Novel-novel Pramudya Ananta Toer rasanya banyak mengangkat tema-tema ini: bangsa yang dituding -dan menuding dirinya– sebagai bangsa yang tanpa rasa kepercayaan diri yang kuat, inlander, dan bermental kalah. Anehnya, setelah satu setengah dasawarsa reformasi pun ternyata kita masih berjalan di tempat. Rasa percaya diri kita sebagai bangsa terus merosot. Buktinya, kita malah semakin suka memperolok diri sendiri ketika bicara tentang kemajuan bangsa lain.

Kita Mestinya Bisa
Tetapi, apakah benar kita tidak bisa menjadi bangsa yang besar? Dulu kita memang negara jajahan dan menjadi bangsa pecundang. Tetapi, kini kita meyakini bahwa negara kita ini benar-benar negara besar alias gede banget. Karena itu, kita mestinya bisa menjadi bangsa yang maju dan kuat. Bangsa ini hanya memerlukan pemimpin yang hebat dengan mentalitas conqueror.

Pemimpin yang percaya diri dan mampu membuat bangsa ini percaya diri pula. Quails rex talis grex, demikian rajanya atau pemimpinnya, demikian pula rakyatnya! Jika pemimpinnya lembek, madek mangu, dan pecundang, demikianlah pula rakyatnya. Regis ed exemplar, melalui teladan pemimpin masyarakat diarahkan! Para founding fathers kita mewariskan marwah bangsa yang kuat dan bermartabat.

Mereka mewarisi darma cinta, ilmu pengetahuan, dan militansi–tiga darma yang oleh Alain Badiou disebut sebagai syarat mutlak bagi setiap individu dalam memajukan sebuah peradaban. Mereka adalah figur-figur saleh yang penuh cinta terhadap bangsa, ilmu pengetahuan, dan militansi demi tegaknya Merah Putih di Kepulauan Nusantara. Mereka mengenal bangsa ini, sebagaimana mereka mengenal dan mencintai diri mereka sendiri.

Dengan pengetahuan, mereka merasa sederajat dengan bangsa lain, pun dengan seorang kolonial! Spirit mereka bagaikan pasukan Sparta yang berperang melawan tentara Persia. Militansi yang tak lekang oleh zaman. Sikap mental begitu penting bagi republik ini sehingga proyek kebangsaan pertama yang digemakan oleh Presiden Soekarno adalah nation and character building.

Soekarno jeli melihat, kemerdekaan politik dan ekonomi hanyalah prasyarat penting bagi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Tetapi, dua hal itu tidak akan berarti jika bangsa Indonesia yang tergerus mentalitas jajahan selama tiga setengah abad tidak memiliki karakter dan jati diri bangsa yang kuat. Kecemasan Soekarno dan para pendahulu bangsa ini mengenai perlunya karakter dan jati diri bangsa juga kita rasakan.

Kita sesungguhnya adalah bangsa besar yang mempunya watak kuat. Kita mempunyai tradisi politik, ekonomi, dan sosial yang besar. Kita pernah mempunyai sejarah kerajaan dan kesultanan di Nusantara yang disegani dan dikagumi dunia karena memiliki peran strategis dalam bidang politik, ekonomi, sosial, agama, dan keamanan. Kita juga mewarisi peradaban Atlantis jika kita bersetuju dengan tesis dan temuan Prof Aryos Santos dari Brasil itu. Singkat kata, kita tak boleh merasa rendah diri, minder, malu, dan merasa tak sederajat dengan bangsa-bangsa lain.

Kita tak boleh mengutuk diri dalam kesendirian dan kebodohan. Kita adalah bangsa berperadaban besar dan berkemajuan. Nenek moyang kita mewariskan keteladanan berupa rasa percaya diri (self confidence) dan percaya pada orang lain (trust) yang notabene adalah dua karakter dasar bagi suatu bangsa untuk menuju kejayaan peradaban. Dua hal inilah yang harus kita raih dan miliki kembali. Sejarah modern bangsa Indonesia sebenarnya juga bergelimang prestasi.

Kita tengok anak-anak SMA kita yang meraih penghargaan dan medali internasional dalam bidang sains dan teknologi, menyabet emas olimpiade fisika mengalahkan Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Prancis, dan negara-negara maju lain. Anak-anak Indonesia banyak pula yang berprestasi di kampus-kampus bergengsi di seluruh dunia. Mereka membuktikan bahwa bangsa kita bangsa besar yang mempunyai prestasi.

Hidupkan Cahaya Peradaban
Kita harus melawan stigma yang tertempel di jidat kita bahwa bangsa Indonesia berkelas sudra yang tak piawai mencapai peradaban dan keadaban tinggi. Kishore Mahbubani dalam bukunya Can Asians Think? secara tegas mengatakan bahwa bangsa Asia termasuk Indonesia memiliki asian values yang membantah mitos jika bangsa Asia itu pemalas.

Kita ini, sebaliknya, adalah bangsa yang giat dan rajin bekerja, biasa berkorban untuk sebuah mimpi dan cita-cita, tak pernah putus asa meski kegagalan kadang menyapa. Selain itu, bangsa Indonesia juga bangsa muslim terbesar di dunia yang dipengaruhi etos kerja Islam yang rasional, menghargai waktu, dan berkeinginan untuk maju. Etos Islam pada dasarnya mirip dengan spirit Protestantisme dan Calvinisme yang menjadi spirit kemajuan bangsa Barat.

Pada dasarnya agama (Islam) mengajarkan kepada umatnya untuk menggapai "kampung dunia" dan "kampung akhirat" secara bersamaan. Islam mengajarkan tauhid, keyakinan pada satu Tuhan, sekaligus amal saleh. Seorang muslim yang beriman adalah seseorang yang menerjemahkan keyakinannya pada pencapaian amal saleh melalui sedekah, zakat, dan infak. Itulah etos Islam yang berkemajuan dan itulah subkultur sebagian besar rakyat Indonesia yang bersifat dinamis dan gandrung pada kemajuan dunia untuk meraih surga di akhirat kelak.

Penelitian Clifford Geertz di Mojokuto (Pare, Kediri) membuktikan bahwa spirit dan etos kerja muslim pada hakikatnya adalah etos berkemajuan mirip temuan Max Weber tentang etika Protestan di Eropa Barat. Dalam konteks dan perspektif ini, yang mendesak untuk dilakukan adalah perubahan mentalitas budaya masyarakat Indonesia yang tampaknya masih jauh dari –meminjam istilah Plato– cahaya peradaban.

Bangsa Indonesia pada sejatinya memiliki semua prasyarat untuk maju dan berkemajuan: pengalaman yang sangat kaya, sejarah bangsa yang besar, dan berkali-kali jatuh bangun melakukan perubahan sistem politik dan ekonomi. Ini semua seharusnya cukup untuk mendorong bangsa ini bergerak maju dengan dinamis.

Hambatan kemajuan adalah dan hanyalah mentalitas feodalistik, minder, serta hilangnya konfidensi dan trust. Ini harus segera dipungkasi. Kita berharap demokrasi yang kini tengah mekar dan memasuki era konsolidasi dapat mentransformasi mentalitas kebudayaan bangsa yang kokoh dan berkarakter kuat yakni mentalitas rasional, tekun, dan giat bekerja dalam mencapai kemajuan yang dilandasi prinsip cinta bangsa.

Kita selalu berdoa semoga presiden baru yang janji-janjinya luar biasa hebat itu akan benar-benar mampu membawa bangsa Indonesia yang tengah berubah ini menuju sebuah perubahan transformatif, berkemajuan, dan berkeadaban. Semoga! (Sindo)

HAJRIYANTO Y THOHARI
Wakil Ketua MPR RI

PT PAL dan Jerman, Jajaki Kerjasama

Posted: 11 Jul 2014 10:38 AM PDT

Kapal buatan dalam negeri banyak dilirik Manca Negara, salah satunya Jerman. Produk PT PAL yang masih terkait dengan Jerman yakni "BERLIN NAKROMA" maupun "FAST PATROL BOAT (FBP-57)" kini masih berfungsi dengan baik. Duta Besar Jerman untuk Indonesia Dr. Georg Witschel, mengunjungi galangan kapal yang pernah melakukan kerjasama dengan Jerman di era pimpinan Presiden RI ketiga B.J. Habibie. Diterima oleh Direktur Desain dan Teknologi, Saiful Anwar dan Direktur Produksi, Edi Widarto, di ruang rapat Ground PIP PT PAL, Selasa (08/07). Beragam Informasi dan pandangan diutarakan dalam diskusi kecil ini, baik terkait kerjasama bidang ekonomi maupun pendidikan.

Duta Besar German Dr. Georg Witsche

Dalam penjelasan singkat terkait perkembangan PT PAL INDONESIA, Saiful Anwar menuturkan PAL akan disibukkan dengan kegiatan produksi di tahun-tahun mendatang dengan membangun kapal perang.

Sesuai dengan Amanah Undang-Undang 16 Tahun 2012 tentang Industri Startegis Pertahanan, PT PAL juga mengemban tugas sebagai Pemadu Utama ALUTSISTA Matra laut.


"Tahun ini dan mendatang, kami sangat berfokus pada pembangunan kapal perang sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepada kami oleh Pemerintah. Namun kami masih dapat menerima order untuk produksi kapal niaga dan non kapal", tandas Saiful.

Duta besar Jerman untuk Indonesia, Dr. Georg Witschel mengungkapkan rasa bangga dan terima kasihnya atas pembangunan kapal "BERLIN NAKROMA" 2006 silam. "Kapal itu kini masih berfungsi dengan baik dan performa yang bagus utuk keperluan Pemerintah Demokratis Republik Timur Leste. Kami berharap PT PAL INDONESIA dapat mengembangkan bisnis dengan tujuan dapat meningkatkan Ekspor Jerman dan meningkatkan investasi yang menjadi tujuan utama kami", imbuhnya.


Berlin Nakroma
Berlin Nakroma
 
Kapal "BERLIN NAKROMA" yang diserahkan PT PAL INDONESIA kepada Pemerintah Demokratis Republik Timur Leste pada 14 September 2006, dengan panjang 47,25 meter dan lebar 41,33 meter ini melayani rute Dili-Oecussi dan Dili-Atauro.

Pada diskusi yang cukup hangat, tersirat keinginan untuk meningkatkan kerjasama dalam pembangunan kapal. Terutama pada pembangunan kapal sejenis "BERLIN NAKROMA". Namun Jerman masih menunggu kebijakan dari pemerintah Indonesia dalam hubungan bilateral, setelah pemilihan presiden RI pada 9 Juli 2014. Karena pembangunan kapal pada industry Galangan adalah sebuah proyek multiyear, yang dapat dikerjakan PAL INDONESIA dalam waktu mendatang.


Fast Attack Craft. Albatros Class, Jerman
Fast Attack Craft. Albatros Class, Jerman

FPB-57 atau Fast Patrol Boat 57 m atau PB-57 adalah kapal patroli yang dibuat oleh Lürssen, Jerman. Pada perjanjiannya PT. PAL yang awalnya hanya merakit kapal ini, juga memperoleh hak lisensi untuk memproduksi rancangan kapal. Selanjutnya, kapal ini menjadi buatan Surabaya. Di Jerman kapal ini merupakan kapal patroli cepat kelas Albatros yang beroperasi tahun 1976 –2005 (pal.co.id | JKGR)

Proyek Pesawat Tempur KFX Dipercepat

Posted: 11 Jul 2014 10:20 AM PDT

Korea Selatan mempercepat upaya mereka dalam membangun pesawat tempur buatan dalam negeri dan berencana mempublikasikan sedikit konsep KFX project kepada masyarakat, pada awal bulan Agustus.

Proyek Pesawat Tempur KFX Dipercepat
KFX Project

Pihak militer berencana mengkonfirmasi kemampuan operasional pesawat ini dalam pertemuan tingkat kepala staf pada pertengahan Juli dan melakukan finalisasi pemenang kontrak pada bulan Agustus.

Program KFX yang termasuk pengembangan dan produksi pesawat tempur dalam negeri, membutuhkan dana 20 triliun Won atau sekitar USD 19, 7 miliar. Dengan proyeksi ini Seoul akan membuat 120 pesawat tempur pada tahun 2023, untuk menggantikan F-4 dan F-5.


Sejak bulan Februari, tim khusus departmen pertahanan Korea Selatan, yang beranggotakan tim: Joint Chiefs of Staff, Defense Program Acquisition Administration dan Air Force, telah menyampaikan hasil riset terkait pembangunan KFX project.

Tim khusus ini terlibat keras dalam diskusi, apakah KFX akan menggunakan platform single engine atau twin / double. Sumber mengatakan, Tim memutuskan, untuk menggunakan platform double engine.

Alasanya, pesawat platform double engine mampu membawa lebih banyak senjata dan bahkan bakar dan meningkatkan kemampuan pesawat, karena ada tambahan gaya dorong. Kemampuan pilot untuk bertahan juga meningkat, ketika satu mesin mati, namun satu mesin lainnya masih berfungsi.



Namun dibandingkan yang single engine, pesawat double engine memiliki kelamahan di bidang harga, sehingga akan mengurangi minat dari pembeli luar negeri. Harga untuk membangun KFX single engine platform sebesar 6,4 triliun Won, sementara yang double engine lebih mahal lagi, 8,6 triliun Won.

Korea Selatan mempercepat pembangunan pesawat tempur baru, untuk menutup kevakuman pesawat tempur Angkatan Udara. Angkatan Udara diperkirakan mendapatkan pemangkasan sekitar 100 pesawat pada tahun 2019, ketika hampir semua pesawat tempur F-4 dan F-5 akan pensiun. (bySong Sang-ho - sshluck@heraldcorp.com | JKGR)

No comments